Industrial di Luar, Kontemporer di Dalam

Arsitektur industrial menjadi ”bintang” beberapa tahun belakangan. Mengambil konsep industrial, Maria Vega Artanti dan suami, Yoga Budihartamto, punya cara tersendiri agar rumahnya terlihat berbeda, tapi juga terasa nyaman dan hangat.

CANGKANG rumah itu adalah industrial. Hal tersebut ditandai dengan dinding semen aci ekspos yang mendominasi bagian fasad. Lalu, dipadukan dengan warna hitam khas industrial dan material ”raw” lainnya. Misalnya, bata ekspos, roster, dan kayu yang menghiasi muka rumah seluas 178 meter persegi tersebut.

Tema industrial itu diadaptasi dari bangunan di Kopenhagen, Denmark, yang menginspirasi Vega. ’’Di sana kan suasana industrial bangunan seperti hotel dan coffee shop itu terasa sekali. Pemakaian batu bata dan konsep loft pada beberapa tempat juga kami terapkan di rumah ini,’’ kata Vega pada Kamis (29/9).

Dinding semen aci dan warna-warna maskulin juga dibawa ke dalam rumah. Kesan industrial diperkuat dengan tangga bermaterial pelat besi bordes. Namun, yang membuatnya menarik adalah Vega dan Yoga memadukannya dengan gaya kontemporer lewat penyatuan beberapa tema sekaligus. Salah satunya adalah Scandinavian yang ditandai dengan jendela besar. Serta elemen kain seperti karpet bermotif dan beberapa tanaman indoor. Di antaranya, Ficus elastica (karet kebo), ketapang biola, kaktus Cowboy, sukulen, dan lidah mertua. Rumah pun terkesan sejuk dan nyaman. ’’Mix beberapa style, campuran dari apa aja yang kami suka,’’ ujar Vega.

Pasangan itu juga menyelipkan unsur vintage dan rustic pada beberapa pernak-pernik dan furnitur. Contohnya, meja makan yang terbuat dari kayu recycle, mesin ketik tua, dan cermin tradisional yang memperindah area foyer.

’’Suami berasal dari Jogjakarta. Beberapa barang peninggalan mertua kami pakai meski rumah ini modern. Jadi, ada sentuhan vintage-nya,’’ papar Vega. Elemen kayu juga banyak diterapkan di dalam rumah. Misalnya, pada kitchen set dan kabinet. Selain memperindah interior, elemen kayu memecah kesan dingin yang ditimbulkan pada tema industrial.

Kendati dibangun di atas lahan yang tidak begitu luas, rumah tersebut terasa lega berkat penataan ruangan yang baik. Sirkulasi udara dan sinar matahari bisa leluasa masuk melalui pintu lipat yang menghadap ke area luar di samping rumah. Selain itu, adanya void setinggi 9 meter sangat membantu pencahayaan alami.

Skylight membuat sinar matahari menembus ke ruang keluarga yang menjadi pusat rumah. Void itu juga menciptakan kesan ruangan lebih lapang dan mempermudah komunikasi dari lantai 1 hingga lantai 3.


HIGHLIGHTS

(Foto: Maria Vega Artanti untuk Jawa Pos)

Kamar utama dibuat dengan konsep loft. Terdiri atas dua lantai, bawah untuk wardrobe dan storage serta lantai attic untuk area tempat tidur dan kerja. Tinggi atap hingga lantai kamar itu adalah 6 meter. Dengan begitu, ruangan terkesan luas.

  • KOLEKSI JADI BAGIAN INTERIOR

Vega dan Yoga gemar mengoleksi banyak barang. Salah satunya, action figure. Jadilah barang-barang koleksi itu menghiasi area ruang keluarga dan foyer. Dengan pengaturan yang tepat, pernak-pernik itu tidak membuat ruangan terkesan penuh, justru memperindah.

Pada fasad terdapat green curtain, yakni semacam tirai yang dibuat dari tanaman lee kwan yew. Tanaman itu ditanam di planter box beton yang didesain menyatu dengan fasad, memanjang sekitar 5 meter ke samping. Vega ingin membuat green curtain tersebut untuk melunakkan kekakuan desain industrial sekaligus membuat fasad lebih fresh.

  • Arsitek: Maria Vega Artanti dan Yoga Budihartamto
  • Luas tanah: 96 meter persegi
  • Luas bangunan: 178 meter persegi
  • Lama pengerjaan: 8 bulan
  • Lokasi: Tangerang Selatan


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.