Usai Blibli IPO, Grup Djarum Akan Hengkang ?

media-nasional.com – Perusahaan e-commerce milik Grup Djarum, PT Global Digital Niaga akan melakukan melakukan IPO untuk menggalang dana hingga Rp 8,17 triliun apabila investor menyetujui di harga penawaran awal tertinggi.

Corporate Secretary dan Investor Relations Blibli Erick Alamsjah Winarta mengatakan, grup Djarum memiliki komitmen yang kuat sehingga dipastikan tidak akan sebagai pengendali utama Blibli setelah penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

“Jadi mereka akan tetap terus mendukung kita ke depannya dan tidak ada sama sekali yang akan exit di IPO ini karena investornya kan saat ini cuma Djarum,” kata Erick dalam konferensi pers di Kempinski, Jakarta Pusat, Selasa (18/10/2022).

Erick menjabarkan, berdasarkan dari struktur IPO Blibli, saham yang diterbitkan untuk publik merupakan saham baru. Hanya saja, dengan melepas sahamnya ke publik kepemilikan Grup Djarum terhadap saham Blibli akan berkurang.

“Nanti setelah IPO mungkin mereka turun sedikit kepemilikannya dan mungkin 10-15% nanti akan dimiliki oleh publik,” jelasnya.

Erick mengungkapkan, grup Djarum memiliki rekam jejak yang baik di pasar moda. Seperti diketahui, saat ini ada dua emiten yang terafiliasi Grup Djarum yang telah listing di Bursa Efek Indonesia yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Sebagai informasi, berdasarkan data prospektus IPO yang dikeluarkan perusahaan Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono menguasai 88,22% saham Blibli secara tidak langsung sebelum IPO dilaksanakan. Kepemilikan tersebut setara dengan 88,84 miliar saham di perusahaan. Setelah IPO, jumlah saham keduanya tetap sama, namun secara porsi terdilusi menjadi 75%, akibat penerbitan 17,77 miliar (15%) saham baru.

Robert dan Bambang masing-masing memiliki 51% dan 49% saham di PT Lingkarmulia Indah yang memiliki 89,61% saham di PT Global Digital Prima. Perusahaan yang disebut terakhir menguasai 99,99% saham di PT Global Investama Andalan yang merupakan pengendali Blibli dan menguasai 98,46% saham perusahaan secara langsung sebelum IPO.

Prospektus IPO Blibli mengungkapkan pihak pemilik manfaat (ultimate beneficial ownership) perseroan adalah Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono.

Dengan harga nominal Rp 250/saham, artinya jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh oleh Hartono bersaudara secara tidak langsung mencapai Rp 22,21 triliun.

Sementara itu harga awal saham IPO Blibli ditawarkan di rentang Rp 410-460 per lembar untuk 17,77 miliar (15%) saham baru. Artinya apabila disetujui di harga terendah, perusahaan dapat memperoleh dana Rp 7,28 miliar dengan valuasai perusahaan Rp 48,53 triliun. Sedangkan di harga tertinggi, perusahaan mampu menggalang dana Rp 8,17 triliun dengan valuasi perusahaan Rp 54,47 triliun.

Secara total, pasca diserap sepenuhnya oleh investor publik keuntungan yang diperoleh oleh duo Hartono apabila saham ditawarkan di rentang terendah mencapai Rp 14,21 triliun, sementara di batas atas keuntungan yang diperoleh lebih besar lagi atau mencapai Rp 18,66 triliun.

Perlu dicatat, keuntungan ini merupakan cuan di atas kertas, mengingat harga saham ikut berfluktuasi setelah diperdagangkan oleh investor publik. Hanya saja keuntungan duo Hartono saat awal IPO diperkirakan dapat mencapai 64%-84% dari total modal disetor secara tidak langsung.

Selain itu, seluruh kepemilikan tidak langsung duo Hartono merupakan bagian saham yang terkena lock up sampai dengan delapan bulan setelah pernyataan pendaftaran menjadi efektif.