Potensi Resesi Membesar, Ekonomi AS Minus 0,9% di Kuartal II-2022

Washington: Ketukan genderang resesi terdengar lebih keras setelah ekonomi Amerika Serikat (AS) menyusut untuk kuartal kedua berturut-turut di triwulan II-2022. Hal itu terjadi karena inflasi yang tinggi selama beberapa dekade melemahkan belanja konsumen dan kenaikan suku bunga Federal Reserve menghalangi bisnis dan perumahan.
 
“Produk Domestik Bruto (PDB) turun pada tingkat tahunan (minus) 0,9 persen (di kuartal kedua 2022) setelah penurunan 1,6 persen dalam tiga bulan pertama tahun ini (kuartal I),” ungkap perkiraan awal Departemen Perdagangan AS, dilansir dari The Business Times, Minggu, 31 Juli 2022.
 
Konsumsi pribadi, bagian terbesar dari ekonomi, naik pada kecepatan satu persen atau melambat dari periode sebelumnya. Proyeksi median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom menyerukan kenaikan 0,4 persen dalam PDB dan kenaikan 1,2 persen dalam belanja konsumen.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Laporan tersebut akan menambah sakit kepala politik bagi Presiden Joe Biden dan memperumit perhitungan Fed tentang seberapa agresif menaikkan suku bunga. Selain perlambatan pengeluaran rumah tangga, laporan tersebut juga menunjukkan bahwa penurunan investasi bisnis, pengeluaran pemerintah, dan perumahan.

Laporan tersebut menggambarkan bagaimana inflasi telah melemahkan daya beli orang Amerika dan kebijakan moneter Fed yang lebih ketat telah melemahkan sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga seperti perumahan. Pelemahan itu kemungkinan memicu perdebatan yang sudah memanas tentang apakah atau kapan AS memasuki resesi.
 
Sementara aturan umum untuk resesi adalah dua penurunan triwulanan berturut-turut dalam PDB dengan penentuan resmi akhir dan awal siklus bisnis dibuat oleh sekelompok akademisi di Biro Riset Ekonomi Nasional.
 
“Kami pikir perlu untuk memperlambat pertumbuhan. Kami sebenarnya berpikir bahwa kami membutuhkan periode pertumbuhan di bawah potensi untuk menciptakan kelonggaran sehingga sisi penawaran dapat mengejar,” kata ketua Fed Jerome Powell pada konferensi pers setelah kenaikan suku bunga 75 basis poin.
 
“Kami juga berpikir bahwa kemungkinan besar akan ada beberapa pelemahan dalam kondisi pasar tenaga kerja,” pungkasnya.
 

(ABD)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.