media-nasional.com – Warung nasi adalah tempat makan sejuta umat. Dengan harga ramah kantong, tempat makan merakyat ini menjangkau hampir seluruh kalangan. Apalagi, makanan yang dijajakan punya ragam dan menggugah selera.

Deretan menu dalam nampan yang dipajang di balik etalase kaca transparan menjadi ciri khas. Sebagian besar dari menu itu, sejatinya pernah ada di tiap dapur. Sebab, menu yang terpajang memang menu rumahan.

Pengunjung pun dapat dengan mudah melihat dan memilih ragam menu yang mejeng di etalase untuk dipindahkan pada piring pesanan.

Cukup menunjuk jari pada menu yang diinginkan, sepiring nasi dengan aneka menu pun terhidang. Dengan pelayanan tersebut, tak heran warung nasi tak pernah sepi. Tak hanya jadi incaran anak kos, tetapi juga buruh bangunan, pengemudi ojek, bahkan pekerja kantoran.

Itulah suasana warung nasi sebelum teknologi digital berkembang seperti sekarang. Namun, nuansanya kini berbeda. Warung nasi jadi makin adaptif karenanya.

Selain melayani di kedai, pemilik warung nasi kini merambah ekosistem digital dengan mengadopsi aplikasi jasa pesan antar makanan secara daring.

Salah satu warung nasi yang berani mencoba peruntungan berjualan secara digital adalah Kantin Cilacap yang berlokasi di Setiabudi, Jakarta Selatan (Jaksel).

Pemilik warung nasi Kantin Cilacap, Santi (38), menceritakan pengalamannya berjualan secara online menggunakan aplikasi pesan antar makanan GoFood dari Gojek . Adapun usaha warung nasi tersebut dirintis bersama kerabatnya satu kampung halaman, Rum (39).

Santi mengatakan, dirinya berkenalan dengan GoFood sejak 2018. Ia mengaku bahwa pada awal mulanya merintis warung tersebut, perjalanannya tak mudah lantaran ia tak familer dengan teknologi, termasuk aplikasi pesan antar makanan.

“Kami sempat gelagapan dan kewalahan. Bingung juga harus mendahulukan pembeli yang makan langsung di warung atau pesanan online (yang diwakili) oleh mitra driver Gojek. Aplikasinya bunyi terus, sedangkan pembeli ngantre minta diladenin,” ujar Santi mengenang masa-masa tersebut pada Kompas.com, Sabtu (29/10/2022).

Jaga kualitas menu dan berbagi dengan sesama

Seiring waktu berjalan, lanjut Santi, ia mulai memahami cara kerja aplikasi itu. Hal ini tak lepas dari bimbingan rekannya, Rum, yang lebih dahulu belajar aplikasi Gojek.

Seperti warung nasi pada umumnya, Kantin Cilacap tampak sederhana. Di sana, terdapat etalase kaca berukuran 2 x 1 meter (m) dengan aneka menu yang mejeng di baliknya. Sementara, pada bagian depan, terdapat dua meja lengkap dengan bangku yang biasa dipakai sebagai tempat makan bagi pengunjung.

Menu yang ditawarkan mulai dari sayur bening bayam, sup, telur balado, mie goreng, terong balado, aneka tempe dan tahu goreng, mendoan, bala-bala, hingga sayur urap. Meski bukan menu mewah, Kantin Cilacap laris manis dihampiri pelanggan, baik offline maupun online.

Kantin Cilacap yang dikelola Santi dan Rum bahkan tercatat sebagai salah satu merchant GoFood dengan rating tinggi. Tak tanggung-tanggung, Kantin Cilacap menorehkan rating 4,8 dengan predikat “Super Partner”.

Capaian tersebut bukan tanpa alasan. Santi serta rekannya memastikan menu yang disuguhkan segar. Urusan bumbu dengan cita rasa nikmat pun turut memengaruhi penilaian pelanggan GoFood pada Kantin Cilacap.

“Selain menu rumahan, ada pula menu paket yang banyak dicari pembeli melalui GoFood, yaitu tuna cabai hijau, ayam cabai hijau, ayam botok rubes, dan ayam sambal kecombrang. Semua dibanderol seharga Rp 20.000, lengkap dengan nasi, sambal, dan lalapan,” tutur Santi.

Adapun menu lainnya, lanjut Santi, dibanderol dengan harga terjangkau. Aneka sayur, baik kuah maupun tumisan, seperti bening bayam, sup, tumis kangkung, jamur, tauge, dan kacang panjang buncis seharga Rp 2.000 bila makan di tempat. Sementara, untung dibungkus seharga Rp 4.000 dengan kuantitas yang lebih banyak.

“Begitu pula lauk-pauk, seperti tahu tempe goreng, tempe orek, kentang mustofa, dan mendoan dihargai Rp 2.000. Kalau telur ceplok, dadar, dan balado harganya Rp 5.000,” terang Santi.

Menu Kantin Cilacap, tutur Santi, selalu dibuat baru setiap hari. Ini cara dia menjamin kualitas lauk-pauk untuk untuk menjaga kepercayaan pelanggan.

Apabila lauk-pauk warung nasi tersisa, lanjutnya, menu-menu itu akan ia bungkus dan bawa pulang.

Sepanjang perjalanan ke rumah, bungkusan-bungkusan tadi akan dibagikannya secara cuma-cuma pada pemulung ataupun driver ojek online (ojol). Hal ini dia lakukan sebagai bagian dari ikhtiarnya untuk berbagi dengan sesama, di samping upaya tidak membuang-buang makanan.

“Sebelum pulang, lauk-pauk kami bungkus dengan kertas nasi. Dalam perjalanan pulang ke Tomang di Jakarta Barat (Jakbar) selalu lewat di kawasan permukiman pemulung (maka kami bagi-bagi bungkusan nasi di sana). Kadang, (bungkusan nasi) juga diberikan kepada ojol saat (sama-sama berhenti) di lampu merah,” tukasnya.

Jangkau konsumen lebih banyak

Diakui Santi, kehadiran platform digital pesan antar makanan, GoFood, memberi dampak baik terhadap keberlanjutan dan pengembangan usaha warung nasi seperti miliknya.

Ia pun tak menyangka bahwa teknologi digital mengubah pola bisnis yang dijalankannya. Pada mulanya, mereka yang hanya mengandalkan konsumen secara offline, kini dapat memperluas jangkauan konsumen secara digital.

“Berkat kehadiran GoFood, kini kami tak khawatir bila kondisi hujan. Konsumen tetap bisa beli secara online. Begitu pula saat pandemi Covid-19, penjualan secara daring makin ramai karena masyarakat takut keluar rumah,” katanya.

Santi menuturkan, sedikitnya ia bisa menjual 150 porsi per hari. Kombinasi metode penjualan secara konvensional dan online pun berdampak baik terhadap pendapatan yang ia peroleh.

Saat ini, pendapatan yang ia terima pun dipisahkan. Adapun keuntungan yang dihimpun dari penjualan melalui GoFood digunakannya untuk menabung. Sementara, penghasilan warung secara offline digunakan untuk belanja bahan baku dan kebutuhan operasional lainnya.

“Kami juga terbantu karena pihak GoFood secara berkala selalu mengirim laporan penjualan. Mulai dari menu yang paling banyak dibeli, komentar pelanggan, hingga masukan dan saran, kami pakai untuk perbaikan pelayanan. Dengan begitu, kami bisa berbenah agar pelanggan puas,” ujarnya.

Pantauan Kompas.com pada fitur GoFood di laman aplikasi Gojek, sedikitnya 300 pengguna GoFood memberikan rating “enak” dan 200 orang untuk rating “harga sesuai” pada Kantin Cilacap.

Salah satu pelanggan Kantin Cilacap, Rosse, yang ditemui Kompas.com, menyampaikan rasa puasnya pada laman aplikasi Gojek usai memesan menu tuna cabai hijau.

“Selalu repeat order (di Kantin Cilacap) sejak pindah kantor pada Januari 2022,” ujar Rosse.

Tak cuma Rosse, pelanggan Kantin Cilacap, Hanno, pun memberikan ulasan atas pesanan menu andalan ayam cabai hijau.

“Ayam cabe ijo-nya the best,” tulis Hanno.

Ada pula Yanti yang memesan perkedel kentang, kentang mustofa, tumis brokoli, telur dadar, dan nasi.

Enaaaak, langganan beli kalau pas malas masak. Dan fresh makanannya, sejauh ini belum ada yang mengecewakan. Pertahankan kualitasnya yaaa, Kantin Cilacap!” tukas Yanti.

Pacu pertumbuhan ekonomi digital

Untuk diketahui, layanan online food delivery (OFD) menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi digital dan penggerak perekonomian masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

Adapun GoFood, yakni OFD bagian dari ekosistem PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo Group), menjadi layanan pesan antar makanan yang paling banyak digunakan masyarakat Tanah Air.

Kehadiran GoFood pun dinilai berdampak signifikan terhadap keberlanjutan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), seperti kisah Santi dalam menjalankan bisnis warung nasi Kantin Cilacap.

Fakta tersebut sejalan dengan hasil riset “Survei Persepsi dan Perilaku Konsumsi Online Food Delivery di Indonesia” yang dipublikasikan Tenggara Strategics pada Rabu (15/6/2022).

Riset tersebut juga mengungkap bahwa GoFood kini menempati posisi teratas sebagai layanan pesan antar makanan di Indonesia dengan nilai transaksi terbesar dibandingkan layanan sejenis lainnya.

Direktur Eksekutif Tenggara Strategics Riyadi Suparno mengatakan, berdasarkan riset tersebut, GoFood memimpin layanan OFD di Tanah Air dengan nilai transaksi terbesar di tengah pandemi Covid-19.

Adapun nilai transaksi atau gross merchandise value (GMV) layanan OFD diestimasi mencapai Rp 78,4 triliun pada 2021. Dari jumlah tersebut, nilai transaksi platform GoFood diperkirakan mencapai Rp 30,65 triliun atau menguasai 39 persen dari total GMV.

“Jumlah tersebut lebih tinggi daripada penyedia layanan OFD lain. Riset tersebut juga mengungkap bahwa sebanyak 41 persen konsumen mengaku memiliki lebih dari dua aplikasi OFD,” ujar Riyadi sebagaimana diberitakan Kompas.com, Rabu (22/6/2022).

Sementara itu, lanjut dia, 31 persen konsumen memiliki dua aplikasi OFD dan 28 persen hanya memiliki satu aplikasi OFD.

Sekalipun sebagian besar responden mengaku memiliki lebih dari satu aplikasi OFD, papar Riyadi, GoFood menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh, yakni 76 persen.

“Hal itu beralasan, mengingat sebanyak 50 persen konsumen menjadikan GoFood sebagai layanan pesan antar yang pertama kali diingat (top of mind),” ujarnya.

Berdasarkan hasil survei tersebut, Riyadi menilai bahwa layanan OFD menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi digital dan penggerak perekonomian masyarakat.

Di tengah pandemi Covid-19, layanan OFD terbukti menjadi penyelamat masyarakat yang harus beraktivitas dari rumah sekaligus penyelamat bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk bisa tetap berbisnis.

Lebih lanjut Santi menambahkan, berkat aplikasi GoFood, pihaknya tak sekadar dapat memperluas cakupan konsumen.

“Melalui aplikasi GoFood, kami juga bisa menabung dengan lebih terencana dan dapat memajukan warung nasi Kantin Cilacap. Kini, kami punya cabang baru di area perkantoran Menara Duta, Jakarta Selatan,” kata Santi.

Dorong transaksi mitra

Sementara itu, Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan, sedikitnya 250.000 pelaku UMKM bergabung bersama GoFood selama pandemi Covid-19. Secara keseluruhan, sebanyak 1 juta UMKM kuliner telah bergabung layanan OFD GoFood.

Berbagai upaya dilakukan pihaknya untuk mendorong transaksi mitra GoFood. Pertama, adanya dukungan dari Komunitas Partner GoFood (KOMPAG). Komunitas tersebut merupakan wadah bagi UMKM kuliner yang dinaungi Gojek.

“Lebih dari 107.000 UMKM kuliner dari 70 kota di Indonesia bergabung dalam KOMPAG,” jelasnya.

Kedua, lanjut Chatrine, dukungan teknologi dari GoFood. Salah satunya, dengan menghadirkan fitur ulasan pelanggan, serta banner rekomendasi kategori resto terpopuler dan lagi disukai oleh GoFoodies.

Selain mendukung mitra merchant, imbuh Chaterine, GoFood juga menghadirkan inovasi anyar bagi pelanggan, yakni fitur Mode Hemat agar konsumen dapat memesan makanan dengan harga ramah di kantong lewat opsi gratis ongkos kirim (ongkir) dan tambahan waktu pengiriman hingga 15 menit.

“Fitur Mode Hemat melengkapi fitur Reguler dengan ongkir dan waktu pengantaran lebih cepat sehingga pelanggan GoFood dapat memilih layanan yang sesuai dengan kebutuhan. Pelanggan dapat memilih fitur Reguler atau Mode Hemat (juga) di setiap pemesanan,” terangnya.