Merdeka.com – Banjir yang melanda 20 desa di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, telah surut, Sabtu (16/7). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan tidak ada laporan korban jiwa atau pun luka akibat insiden ini.

“Pemutakhiran data di Pusdalops BNPB per hari ini, banjir berdampak pada 142 KK atau 478 jiwa, sedangkan warga masih mengungsi sebanyak 109 KK. Mereka yang mengungsi berada di beberapa titik, seperti RSUD dr Slamet dan rumah kerabat. Selain berdampak pada warga, banjir mengakibatkan sejumlah kerusakan,” kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari kepada wartawan.

Tercatat rumah rusak berat sebanyak sembilan unit, sedangkan terdampak 295 unit. Selain itu, infrastruktur terdampak berupa fasilitas Pendidikan dua unit, fasilitas umum empat unit, dan akses jalan terputus di Kampung Ujung. Pantauan petugas menyebutkan genangan di jalan tersebut antara 10 sampai 70 cm.

Banjir merendam 20 desa tersebar di delapan kecamatan di Kabupaten Garut. Banjir dipicu oleh hujan lebat yang terjadi sejak Jumat malam (15/7), pukul 20.00 WIB.

Adapun 20 desa yang terdampak adalah Desa Cibodas di Kecamatan Cikajang, Desa Peminggir, Desa Kota Kulon, Desa Ciwalen, Desa Muara Sanding, dan Desa Sukamantri di Kecamatan Garut Kota.

Sementara di Kecamatan Tarogong Kidul terdapat lima desa yang terendam yaitu Desa Sukakarya, Desa Haurpanggung, Desa Sukajaya, Desa Jayawaras, dan Desa Jayaraga. Desa Panembong dan Desa Mulyasari di Kecamatan Bayongbong, Desa Suci, Suci Kaler, Lengkong Jaya, dan Sindanglaya di Kecamatan Karangpawitan, Desa Sukarati di Kecamatan Banyuresmi, Desa Ngamplang di Kecamatan Cilawu, dan Desa Mekarsari di Kecamatan Cibatu.

BNPB mengimbau pemerintah daerah dan warga untuk tetap waspada dan siap siaga menghadapi potensi bahaya susulan. Prakiraan cuaca esok hari, Minggu (17/7) wilayah kecamatan terdampak masih berpeluang hujan ringan. Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Garut, masyarakat setempat perlu mewaspadai peringatan dini potensi hujan yang dapat disertai petir atau kilat dan angin kencang pada siang hingga malam.

“Menghadapi bahaya banjir, pemerintah daerah bersama warga dapat secara rutin dapat membersihkan saluran air, normalisasi sungai, melakukan perbaikan dan penguatan tanggul, serta menghijaukan kembali daerah resapan air di hulu dan sepanjang aliran sungai,” pungkasnya.

[cob]