Yield SBN Ada Yang Naik dan Turun, Ada Apa Ini?

media-nasional.comJakarta, CNBCIndonesia – Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa (18/10/2022), meski pelaku pasar cenderung optimis pada hari ini, terlihat dari cerahnya pasar saham global.

Sikap investor di pasar SBN cenderung beragam, di mana investor cenderung memburu SBN berjangka menengah seperti SBN tenor 5 dan 10 tahun, tetapi mereka juga melepas SBN berjangka panjang seperti SBN tenor 30 tahun.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 5 tahun turun 1,3 basis poin (bp) ke posisi 7,079%. Sedangkan yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara melandai 3,9 bp menjadi 7,415%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 30 tahun naik 1,3 bp menjadi 7,369%. Adapun untuk SBN tenor 15 dan 20 tahun cenderung stagnan di level masing-masing 7,434% dan 7,456%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sementara itu di Amerika Serikat (AS), pergerakan yield obligasi pemerintah (US Treasury) juga cenderung kembali melandai pada pagi hari ini waktu setempat, meski pelaku pasar cenderung optimis pada hari ini.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun turun tipis 0,2 bp menjadi 4,454%.

Sedangkan untuk yield Treasury benchmark tenor 10 tahun juga cenderung turun 0,4 bp menjadi 4,011% pada pagi hari ini waktu AS.

Pasar saham global berhasil rebound dan cerah, menandakan bahwa pelaku pasar cenderung optimis. Rebound-nya pasar saham global, terutama di AS terjadi karena ditopang oleh reaksi positif dari rilis kinerja keuangan beberapa bank di AS pada kuartal III-2022.

Selain itu, langkah pemerintah Inggris yang ingin membalikkan arah ekonomi juga turut menopang pergerakan pasar saham global.

Menteri keuangan Inggris yang baru yakni Jeremy Hunt mengumumkan bahwa hampir semua pemotongan pajak yang direncanakan akan dibatalkan.

Hal ini membuat mata uang Inggris yakni poundsterling diperdagangkan lebih dari 1%, lebih tinggi di hampir GBP 1,135/US$ pada perdagangan Senin kemarin.

Meski begitu, pasar masih menimbang sikap hawkish bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) ke depannya. The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan November mendatang.

Mengacu pada FedWatch, sebanyak 96,9% para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) dan membawa tingkat suku bunga Fed ke kisaran 3,75%-4%.

TIM RISET CNBC INDONESIA