Senin, 17 Oktober 2022 – 08:11 WIB

VIVA – Menurut Laporan East Asia and Pacific Economic Update Bank Dunia edisi Oktober 2022, ada tiga faktor yang menjadi ancaman terhadap pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan yakni : a) perlambatan ekonomi global yang kemungkinan akan menekan permintaan akan ekspor barang-barang manufaktur dan komoditas di Kawasan Asia Timur dan Pasifik; b) di saat tingkat inflasi di luar negeri menyebabkan naiknya suku bunga, yang mengakibatkan aliran modal keluar serta depresiasi nilai mata uang di negara-negara Asia Timur dan Pasifik, beban utang yang harus dibayar bertambah; c) beberapa tindakan tertentu yang diambil oleh pemerintah untuk mengendalikan inflasi serta jumlah utang menambah distorsi yang tengah terjadi di pasar pangan, bahan bakar, dan keuangan.

Dalam laporan yang sama juga disebutkan berbagai kebijakan untuk melindungi rumah tangga dan perusahaan dari peningkatan biaya-biaya dapat mengaburkan sinyal harga dan melemahkan prospek di jangka lebih panjang, kecuali jika dibuat hanya sementara,  yakni di antaranya : 1) pengendalian harga pangan dan bahan bakar yang didukung oleh subsidi mengurangi tingkat inflasi, akan tetapi mengakibatkan distorsi terhadap pilihan-pilihan yang diambil oleh konsumen maupun produsen; 2) berbagai tindakan untuk mengatasi utang, tanpa adanya tingkat pertumbuhan yang lebih cepat ataupun mobilisasi sumber daya yang lebih luas, dapat mengakibatkan tekanan pada pasar keuangan dan mendistorsi tabungan serta keputusan investasi di seluruh sektor perekonomian.

Berikut tindakan-tindakan yang lebih efisien dapat meringankan beban, dan seiring dengan perubahan (reformasi) terhadap berbagai distorsi kebijakan yang selama ini ada, dapat mendorong pertumbuhan, seperti:

1. Dukungan melalui tranfer dalam pendapatan lebih baik dibandingkan pengaturan harga, karena tidak mengakibatkan distorsi pada pilihan-pilihan dan dapat disasar secara spesifik terhadap mereka yang paling membutuhkan.

2.  Di sektor pangan, pemerintah sebaiknya mengubah focus dari ketahanan pangan yang berpusat pada beras kepada ketahanan gizi dengan mengurangi subsidi serta penghambat perdagangan yang menguntungkan bagi beras, dan oleh karena itu mendorong divesifikasi pangan yang bergizi.

3.  Di sektor bahan bakar, tanggapan dalam bentuk kebijakan sebaiknya dapat membantu memenuhi kebutuhan mendesak akan energi dengan harga terjangkau tanpa menganggu ketahanan dan keberlanjutan energi. Dengan mendorong investasi di bidang energi terbarukan dapat mengurangi paparan terhadap ketidakstabilan harga bahan bakar fosil, dan membantu memenuhi komitmen pengurangan emisi.

4. Di sektor keuangan, pihak yang memiliki otoritas perlu memperkuat tindakan yang diambil dengan hati-hati serta meningkatkan kemampuan sektor keuangan untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien. Pelaporan tentang kualitas asset perbankan secara transparan dan tepat waktu dapat membantu menilai dan menangani risiko kesalahan mengalokasikan kredit yang ditimbulkan oleh kebijakan pendukung untuk mengatasi krisis akibat pandemi, seperti pelonggaran ketentuan (regulatory forbearance) serta moratorium pembayaran (repayment moratoria).

Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.

Artikel ini bersumber dari www.viva.co.id.