Kenapa Ada Produk Tanpa Nama? Ini Dia 7 Alasannya

media-nasional.com – Istri saya masih rutin berbelanja ke pasar tradisional, meskipun juga relatif sering ke supermarket. Ada kebutuhan yang lebih baik dibeli di supermarket, tapi sebagian lebih baik di pasar tradisional.

Jika ke pasar di dekat rumah, sering istri saya membeli makanan ringan berupa irisan tipis-tipis kentang goreng balado yang dicampur dengan teri.

Enak sekali rasanya, meskipun saya tidak menjadikannya makanan ringan, justru menjadi lauk untuk makan nasi.

Tapi, sayangnya produk itu tanpa nama dengan kemasan yang begitu sederhana. Dan itupun tersedia di satu kios tertentu saja.

Saya pikir, selain orang yang berbelanja di pasar dekat rumah saya itu, tak ada atau sedikit sekali orang lain yang tahu akan makanan ringan yang enak tersebut.

Seketika saya teringat masa kecil saya, ketika ibu saya membuat makanan ringan dengan tujuan mendapatkan uang tambahan.

Soalnya, uang belanja dari ayah saya yang diberikan kepada ibu, sangat terbatas. Ayah saya berjualan sepatu dan sandal di Pasar Payakumbuh.

Makanya, ibu saya membuat kacang tojin di rumah, yang dikemas dalam bungkus plastik kecil dan dijajakan oleh saudara sepupu saya secara berkeliling.

Tak ada merek apa-apa di kemasan kacang tojin ibu saya. Mungkin ketika itu ibu saya berpikir apalah arti sebuah nama, yang penting rasanya enak.

Masih cerita masa kecil saya. Ada ibu-ibu berjualan pecel di sebelah rumah saya, juga tanpa nama. Saya sekeluarga suka dengan pecelnya.

Kami menyebutnya “Pecel Bibik”. Dugaan saya karena ibu penjual pecel adalah istri seorang prajurit asal Jawa, makanya dipanggil bibik.

Ya, begitulah, rata-rata produk usaha kecil memang masih sangat sederhana tampilannya, tanpa label dan tanpa nama atau tanpa merek.

Ternyata dari zaman saya kecil dulu hingga sekarang masih saja ada produk tanpa nama, padahal produk tersebut punya prospek bagus.

Apakah mereka tidak serius berbisnis? Ya, ada yang begitu, biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga karena sekadar pengisi waktu.

Itulah yang dilakukan ibu saya dulu, yang memang tidak diniatkan untuk menjadi usaha yang maju.

Justru bila tiba-tiba banyak yang memesan kacang tojin, bisa jadi ibu saya kewalahan dan tugas sebagai ibu rumah tangga akan berantakan.

Tapi, sangat disayangkan bila mereka yang berniat serius berbisnis, namun terkesan setengah hati karena tidak memberi nama produk.

Kira-kira apa alasan pelaku usaha tidak atau belum memberi nama produknya? Ini beberapa kemungkinannya.

Pertama, karena kurangnya dana. Untuk mencetak nama yang akan ditempelkan pada kemasan produk, tentu butuh biaya.

Kedua, tidak paham arti pentingnya nama produk. Mereka yang seperti ini merasa asal barang sudah ada pelanggannya, ya sudah cukup.

Ketiga, karena masih tahap coba-coba. Bila nantinya mulai memperlihatkan hasil yang memuaskan, akan diberikan nama atau merek produk.

Keempat, takut dikejar aparat dari instansi perpajakan. Nah, ini sebetulnya salah persepsi saja, karena soal kewajiban perpajakan tidak tergantung pada punya merek atau tidak.

Kelima, karena berpikiran nama suatu produk harus didaftarkan pada instansi tertentu dan itu ada tarifnya. Padahal, jika mau minta informasi ke pihak terkait, gampang diurus.

Keenam, ingin mencari nama yang bagus, tapi belum ketemu nama yang dianggap membawa keberuntungan.

Ketujuh, namanya sudah ada, tapi karena terlalu banyak pilihan, bingung memilihnya.

Begitulah beberapa alasan kenapa masih banyak kita temukan produk tanpa nama atau tanpa merek.

Tapi, bagi pelaku usaha kecil yang sudah dapat pelatihan ilmu manajemen dari dinas terkait atau dari lembaga swadaya masyarakat yang membantu usaha kecil, tentu produknya sudah pakai nama.

Bukankah di zaman sekarang ini, kemasan, merek, label, logo halal, dan atribut lainnya sama pentingnya dengan isi dari suatu produk?

    Irwan Rinaldi Sikumbang 25 Oktober 2022 16:3244 menit lalu
    Pak Riduannor, Mbak Siti:
    – terima kasih atas vote-nya

Pak Riduannor, Mbak Siti:
– terima kasih atas vote-nya

KOMPASIANA ARENA

    Survei Pembaca Kompasiana 2022 Berhadiah 1 Juta Rupiah!

    Survei Berhadiah Tentang Employer Branding

    TTS – Teka – Teki Santuy Eps 102 Tanaman Obat Paling Populer di Indonesia

Survei Pembaca Kompasiana 2022 Berhadiah 1 Juta Rupiah!

Survei Berhadiah Tentang Employer Branding

TTS – Teka – Teki Santuy Eps 102 Tanaman Obat Paling Populer di Indonesia