media-nasional.com – Daerah pedesaan memang identik dengan lereng gunung dan daerah berbukit namun berbeda dengan desa di Jepang , desa ini berada di dalam kawah gunung berapi yang masih aktif. Mungkin inilah satu-satunya desa paling ekstrim yang ada di muka bumi dan bisa saja gunung tersebut meletus sewaktu-waktu.

Adalah desa Aogashima yang berada di pulau yang sama dengan nama desa tersebut. Desa ini masuk ke dalam teritori Jepang meski wilayahnya ada di Laut Filipina. Apa yang menjadikan desa ini begitu ekstrim adalah lokasinya yang berada di dalam kawah gunung berapi dan masih aktif pula. Meski begitu desa ini menjadi rumah bagi 170 penduduk yang hingga kini masih menetap di sana.

Seperti keterangan dari situs Desa Aogashima yang dilansir Travelingyuk, gunung Aogashima tercatat pernah meletus tahun 1780 dan menewaskan 327 penduduk yang tinggal di pulau itu. Saat kejadian itu banyak warga yang kalang kabut menyelamatkan diri mereka. Namun anehnya orang-orang ini kembali ke sana lagi tanpa ada rasa takut sedikitpun dengan ancaman letusan gunung api yang bisa saja terjadi lagi.

Mungkin alasan yang sama dengan mayarakat Indonesia yang tinggal di lereng gunung berapi menjadi penyebab orang-orang ini pulang ke desanya yang berbahaya. Apalagi kalau bukan kekayaan alamnya yang berlimpah, diketahui letusan gunung api akan membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur dari sebelumnya sehingga sangat baik untuk bercocok tanam atau mengelola pertanian. Itulah penyebab mereka nekad kembali ke sana.

Desa Aogashima berada di pulau terpencil yang jaraknya 358 kilometer dari bagian selatan Tokyo. Akses menuju desa inipun terbatas dan sangat sulit sehingga desa ini disebut sebagai desa paling terpencil di Kepulauan Izu. Tak hanya akses rutenya saja yang sulit, transportasi yang melayani tujuan ke pulau ini juga terbatas.

Bagi traveler yang penasaran bisa saja mengunjungi desa ini via Bandara Haneda kemudian melanjutkan perjalanan ke Hachijojima. Setelah itu Anda hanya punya dua pilihan transportasi menuju desa Aogashima, pertama menggunakan feri yang hanya berlayar pada hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat atau kedua menumpang helikopter yang melayani penerbangan setiap hari tentu dengan biaya yang mahal.