Toyota dan Subaru Kembangkan Platform Mobil Listrik

media-nasional.com – Toyota Motor Corporation dan Subaru Corporation kembali bekerja sama. Namun, kali ini pengembangannya bakal terfokus pada platform kendaraan listrik. Basis yang dibuat, diguna untuk menciptakan mobil penumpang berukuran sedang dan besar. Termasuk SUV segmen C yang bakal dijual masing-masing merek dengan nama berbeda.

Belum diketahui spesifikasi yang diusung SUV itu. Tetapi, kolaborasi ini dipastikan bakal menghasilkan model yang membawa keunggulan dari kedua perusahaan. Toyota sendiri sudah lama mengembangkan kendaraan listrik, sedangkan Subaru dengan sistem penggerak, khususnya all-wheel drive (AWD).

Dalam keterangan resmi Toyota, kerja bareng dengan Subaru sebenarnya sudah berlangsung sejak 2005. Salah satunya pemasaran Toyota 86 dan Subaru BRZ, penggerak roda belakang pada 2012. Kemudian hadirnya Subaru Crosstrek Hybrid yang memakai motor listrik Toyota Prius.

Rencananya ini merupakan upaya Toyota memperbesar minat kendaraan listrik secara global. Kerja sama dengan Subaru pun diharapkan dapat mempercepat pengembangan.

Menurut presentasi Shigeki Terashi, Chief Powertrain Toyota yang dilanisr dari jalopnik.com (10/06), platform yang dikembangkan bersama Subaru bernama e-TNGA. Basis ini dapat diubah dimensi dan jarak sumbu rodanya untuk menyesuaikan tipe mobil yang diinginkan. Namun, posisi baterai di lantai dan lebarnya, serta letak motor listrik di depan maupun belakang tetap sama. Kemungkinan juga tersedia pilihan antara satu atau dua motor dan variasi penggerak: front-wheel drive, rear-wheel drive dan all-wheel drive.

Pabrikan asal Jepang ini, berencana mengenalkan sepuluh model bertenaga listrik pada 2020. Enam di antaranya memakai platform e-TNGA, dan SUV yang dijual bersama Subaru masuk ke dalamnya. Inilah upaya untuk mewujudkan target Toyota yang ingin mencapai penjualan kendaraan listrik sebanyak satu juta unit pada 2030. Sebagai penanda awal, Toyota juga mulai memasarkan C-HR versi elektrik di Cina. Kemudian menghadirkan kendaraan listrik di Eropa pada 2021.

Namun, langkahnya tentu tidak mudah. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan Toyota. Dari sisi produk, Toyota harus menciptakan kendaraan yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen, seperti jarak tempuh yang mumpuni. Hal ini dapat diatasi dengan penguatan teknologi baterai.

Selain produk, tantangan berikutnya, kesiapan produksi. Dengan semakin meningkatkanya minat, Toyota harus memperkuat jalur suplai. Pabrikan ini sudah bekerjasama dengan beberapa perusahaan penyedia baterai seperti BYD, Toshiba, Panasonic dan CATL.

Terakhir infrastruktur, seperti stasiun pengisan daya. Tentu dibutuhkan waktu agar terjadi pemerataan. Sebagai pembanding, Tesla, perusahaan otomotif elektrik asal Amerika Serikat, memiliki 1.533 unit dengan 13.444 perangkat supercharger. (Hfd/Odi)