media-nasional.com – Salah satu dampak dari pertumbuhan jumlah penduduk adalah meningkatnya kebutuhan energi yang berasal dari sumber daya alam guna menunjang kegiatan produksi. Padahal, sumber daya tersebut jumlahnya cukup terbatas. Jika sumber daya ini terus menerus dikuras tanpa bisa diperbaharui lagi, tentu lama kelamaan sumber daya ini akan habis dalam beberapa tahun mendatang.

Untuk menghadapi masalah ini, sebenarnya sudah ada pengembangan-pengembangan teknologi yang berfungsi sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi. Satu di antara alternatif tersebut adalah teknologi fuel cell yang terus dikembangkan karena diyakini dapat menjawab masalah kelangkaan energi.

Fuel cell merupakan temuan teknologi berupa konverter yang dapat mengubah hidrogen dan oksigen menjadi air yang dalam prosesnya sekaligus menghasilkan energi listrik. Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka limbah yang dihasilkan oleh fuel cell berupa air, listrik, serta panas yang dikarenakan oleh proses konversi tersebut. Oleh sebab itu, fuel cell dapat menggantikan peran dari energi-energi yang selama ini jamak digunakan.

Di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika dan Jerman, teknologi fuel cell sudah dimanfaatkan sebagai pembangkit energi di gedung-gedung bertingkat dan rumah tangga hingga alat-alat elektronik dalam bentuk prototipe. Sektor otomotif juga termasuk yang sudah mulai memanfaatkan teknologi ini dengan menerapkannya pada bus maupun mobil. Ada beberapa alasan mengapa teknologi fuel cell menjadi pilihan alternatif energi pada industri otomotif:

Ramah lingkungan

Teknologi fuel cell merupakan inovasi yang ramah lingkungan, terutama untuk bahan bakar otomotif. Sebagai perbandingan, bahan bakar minyak mengeluarkan CO2 sebagai limbah pembakaran yang akhirnya menjadi polusi udara. Sedangkan fuel cell memproduksi air biasa sebagai limbahnya.

Sumber melimpah

Tidak seperti batu bara atau minyak, sumber daya hidrogen dan oksigen jauh lebih melimpah dan bisa terus diperbaharui.

Tidak Berisik

Proses perubahan hidrogen dan oksigen menjadi air tidak memerlukan pergerakan mesin, sehingga teknologi fuel cell tidak memproduksi suara seperti pembakaran minyak yang biasa terjadi pada kendaraan.

Pengisian Daya Lebih Cepat

Meski fungsi teknologi fuel cell adalah menghasilkan listrik dari campuran hidrogen dan oksigen, mobil yang menggunakan teknologi ini tetap harus melakukan isi ulang. Jika dibandingkan dengan pengisian daya pada mobil listrik, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi daya terbilang lebih singkat. Isi ulang hidrogen pada mobil fuel cell hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit. Sedangkan pada mobil listrik, butuh waktu beberapa jam untuk mengisi daya dari kondisi nol hingga seratus persen. Pada praktiknya, hidrogen yang akan disuntikkan ke kendaraan berteknologi fuel cell harus melewati beberapa fase produksi terlebih dahulu hingga siap digunakan. Negara yang telah menggunakan fuel cell secara reguler seperti Inggris yang telah meluncurkan stasiun isi ulang hidrogen khusus untuk kendaraan.

Sebagai inovasi baru, fuel cell memang menawarkan beragam benefit bagi penggunanya. Meski begitu, teknologi ini perlu dikembangkan lebih lanjut karena masih adanya beberapa kekurangan seperti:

Biaya masih mahal

Karena merupakan teknologi baru, maka belum banyak infrastruktur yang dibangun untuk pemanfaatan fuel cell. Minimnya dukungan infrastruktur menyebabkan fuel cell memiliki daya jual yang mahal. Selain itu komponen-komponen pendukung proses perubahan hidrogennya juga belum terjangkau harganya.

Pembekuan

Meskipun menghasilkan panas, jika pengguna tinggal di negara dengan suhu udara yang dingin, air yang diproduksi oleh fuel cell dikhawatirkan dapat membeku sehingga proses pembuangan pada kendaraan menjadi tidak lancar. Hal ini tentunya dapat membahayakan kendaraan itu sendiri.

Sensitif terhadap zat asing

Dalam prosesnya, fuel cell memproses perubahan hidrogen dan oksigen menjadi air. Sementara, proses tersebut dapat terhambat jika tercampuri oleh zat lain.

Di Indonesia, penerapan teknologi fuel cell pada sektor otomotif sempat dipamerkan oleh PT Toyota Astra Motor (TAM) di ajang GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019. Dalam pameran tersebut, TAM memamerkan mobil konsep Toyota F-CR (Fine Comfort Ride) yang menggunakan teknologi fuel cell.

Toyota F-CR menganut konsep yang sangat futurisik melalui fasilitas dan penampilan exterior interiornya. Serta, fleksibelnya posisi jok mobil yang dapat di putar ke segala arah, menjadikan F-CR salah satu MPV Toyota yang berkualitas premium. Dengan memanfaatkan teknologi fuel cell, Toyota F-CR mampu menempuh jarak hingga seribu kilometer setelah mengisi energi hidrogen selama tiga hingga lima menit. Adapun selain Toyota F-CR, pada GIIAS 2018 lalu TAM juga sempat memperkenalkan mobil berteknologi fuel cell bernama Toyota Mirai. Berbeda dengan F-CR, Mirai baru mampu menempuh jarak hingga tujuh ratus kilometer setelah pengisian hidrogen selama tiga hingga lima menit.

Penulis: Farah Diba Agustine

Editor: Danang Setiaji

Sumber gambar: momobil