media-nasional.com – g src=”https://img.cintamobil.com/resize/600x-/2019/05/10/f8286LtF/macet-jakarta-645c.jpg”>

Tak dipungkiri berbuka puasa di rumah bareng keluarga dan orang-orang tercinta jadi momen paling menyenangkan dilakukan. Terlebih jika aktivitas seharian membuat orang terpisah dari mereka, berbuka bareng tidak hanya menyenangkan tapi juga sangat berkesan dan makin menambah keakraban.

Sayang, tidak semua orang bisa menemukan momen berharga tersebut setiap waktu. Bahkan Anda mungkin juga pernah atau sering mengalami, karena situasi dan kondisi Anda tidak bisa sampai rumah pada saat waktu Magrib tiba dan harus berbuka di luar. Bagi sebagian orang hal ini cukup mengecewakan. Lalu bagaimana menurut pakar keselamatan berkendara.

Seperti diketahui di bulan Ramadhan jam-jam kemacetan di kota-kota besar seperti Jakarta dan yang lain mengalami pergeseran dibanding hari biasa, biasanya terjadi mulai jam 4 sore ke atas hingga waktu petang. Aturan perusahaan yang membolehkan karyawannya pulang lebih awal agar mereka bisa bisa berbuka puasa di rumah juga tidak terlalu mengurai kemacetan.

Ada pergeseran waktu macet di bulan Ramadhan yang harus diwaspadai

Menurut instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu menyikapi tingginya traffic lalu lintas jelang buka puasa ada banyak opsi yang biasa diambil oleh pengendara baik mobil maupun sepeda motor. Pertama jika memiliki jalur alternatif yang relatif sepi sampai ke tempat tinggalnya lewatlah di jalur tersebut. Kedua jika tidak ada jalur alternatif dan jalur utama yang sering macet jadi satu-satunya jalan untuk sampai ke rumah sebaiknya pengendara tidak memaksakan diri. Lebih baik berbuka di kantor atau di tempat kerja lalu pulang usai shalat Magrib. Biasanya saat-saat Magrib lalu lintas lebih lengang ketimbang sebelumnya.

“Ini harus dilakukan kalau memang tidak ada opsi jalur memutar atau jalur alternatif yang lebih sepi untuk jalan pulang. Pilihannya bisa menunda kepulangan, dengan berbuka puasa di kantor atau di tempat-tempat tertentu untuk menghindari kemacetan,” tutur Jusri Pulubuhu seperti dikutip dari Detik, (7/5/2019).

Memaksakan pulang di jam-jam macet demi berbuka puasa di rumah rentan menimbulkan hal-hal buruk seperti terlambat sampai di rumah hingga meningkatnya potensi kecelakaan. “Karena situasinya akan sangat emosional, semua orang dalam keadaan terburu-buru, dan dalam keadaan stres. Belum lagi semua pengendara pasti berada dalam keadaan lemah, baik secara stamina, maupun persepsi mereka dalam menyikapi hal-hal secara logic. Jadi sangat rentan sekali terjadi konflik verbal bahkan konflik fisik antar-pengendara,” jelas Jusri panjang lebar.

Sebaiknya tidak memaksakan diri berkendara jika stamina tubuh melemah dan emosi meningkat

Opsi ketiga jika tidak ingin menunda pulang dan berbuka di kantor, sebaiknya siapkan bekal yang praktis seperti air mineral, kurma atau roti gandum. Siapa tahu Magrib masih di jalan, pengendara bisa menepi lalu membatalkan puasa sehingga tidak harus buru-buru segera sampai rumah. “Jangan lupa, selalu siapkan bekal untuk berbuka puasa di jalan. Minimal ada air mineral dan kurma untuk membatalkan puasa. Jadi kita juga nggak terburu-buru megejar buka puasa di rumah. Dan habis buka puasa, bisa langsung melanjutkan perjalanan, karena habis waktu berbuka biasanya kondisi jalan utama malah sepi,” tambahnya.

Saran nomor tiga ini juga berlaku bagi yang sedang melakukan perjalanan pulang cukup jauh dari tempat kerja. Dengan mempersiapkan bekal buka puasa orang tidak perlu mengebut hanya untuk mengejar momen berbuka puasa di rumah meski kondisi lalu lintas tidak begitu ramai. Bagaimanapun juga waktu sore menjelang Magrib kondisi stamina tubuh sedang menurun-menurunnya sehingga konsentrasi dan fokus sedikit berkurang. Memaksakan diri terus berkendara bisa sangat berbahaya. So, tetap utamakan keselamatan!

Siapkan bekal di kendaraan saat berkendara di bulan puasa