Pakai Roof Box di Atap Mobil, Perhatikan Poin Penting Ini

media-nasional.com – Saat mudik menggunakan mobil pribadi, beban yang diangkut bertambah banyak dari biasanya. Selain penumpang, barang bawaan juga harus dipertimbangkan. Makanya banyak mobil pemudik ditemui menyimpan barang sampai di atap, karena di dalam sudah penuh orang dan barang lainnya.

Ada satu solusi untuk menambah kapasitas bagasi, dengan memasang roof box. Seperti namanya, menambahkan kotak penyimpanan yang ditempatkan pada atap mobil. Tapi ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan roof box. Apa saja?

Sesuai tujuan awal, roof box menambah kapasitas penyimpanan bagasi dan mengurangi over load pada mobil. Itu jadi kelebihan pertama, bisa membawa lebih banyak barang pada mobil. Penempatannya, semua kursi di kabin sudah terisi penuh, bahkan kadang lebih, dan bagasi juga dipenuhi barang. Ketika kurang, roof box jadi solusinya.

Menurut Sony Susmana dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), dengan manajemen peletakan yang baik antara bagasi kabin dan roof box, bisa mengurangi gangguan pada pengemudi dan meningkatkan kadar keselamatan. Kok bisa? “Roof box hanya membagi rata atau memanfaatkan ruang yang ada.

Jadi roof box tidak boleh membuat mobil over load (kelebihan muatan). Kalau kelebihan muatan, yang bahaya adalah keseimbangan kendaraan dan kerja ban yg lebih berat,” ungkapnya saat dihubungi melalui pesang singkat WhatsApp.

Jadi contohnya, kalau barang cuma dijejali di bagasi, bisa penuh dan tinggi sehingga mengganggu visibilitas belakang dari pengemudi. Kalau sudah terganggu visibilitasnya, berisiko menyebabkan kecelakaan. Over load juga punya risiko kecelakaan. Karena jika mobil sudah kelebihan beban, keseimbangan kendaraan bakal terganggu. Kerja dari komponen mobil di kaki dan kerja pengemudi jadi lebih berat.

Sementara kekurangan memakai roof box, juga terkait beban. Karena menambahkan komponen di atap, titik gravitasi mobil juga pindah ke atas, menyebabkan titik keseimbangan mobil ikut berubah dari biasanya. Mobil juga bakal jadi lebih limbung karena dimensi tinggi bertambah. Dengan itu, bakal memengaruhi pengendaraan sehingga kecepatan harus diperhatikan. Menurut Sony, baiknya kecepatan diturunkan 10 km/jam dari anjuran kecepatan. Misal di jalan tol dengan anjuran kecepatan 60 – 80 km/jam. Turunkan kecepatan menjadi 50 – 70 km/jam.

Bertambahnya benda di atas juga memengaruhi aerodinamika. Artinya, laju kendaraan lebih tertahan terpaan angin. Efek panjangnya, pasti lebih boros bahan bakar. Berkurangnya aerodinamika, juga memengaruhi pengendaraan dari segi kestabilan. Meski bentuk roof box kebanyakan sudah standar yang mengikuti kaedah aerodinamika, tetap saja tak bisa mengalirkan aliran udara sepenuhnya. Apalagi ketika kena empasan udara dari samping.

“Kecepatan yang aman (saat memakai roof box) di jalan kan mengacu pada rambu-rambu. Nah, kurangi 10 km/jam. Kalau dirasa ada terpaan angin di kecepatan itu, yang membuat mobil limbung, kurangi lagi kecepatannya. Sampai dirasa sudah hilang gejalanya,” papar Sony.

Jadi ketika ingin menggunakan roof box, pastikan bentuk dan dimensinya sesuai. Ukuran yang dianjurkan, setengah dari panjang bodi mobil. Perlu diingat juga, bagi mobil yang tak punya roof rack, harus memasangnya terlebih dahulu. Roof rack berfungsi sebagai dudukan roof box. Terakhir, rajin-rajin mengecek roof rack dan roof box, dikhawatirkan terjadi kendor pada pemasangannya. Apalagi, beragam faktor juga bisa menyebabkan pemasangan menjadi kendor. (Tom/Odi)