Mengenal Lebih Dekat Transmisi AMT, ini Matik Apa Manual, Sih?

media-nasional.com – g src=”https://img.cintamobil.com/resize/600x-/2018/06/21/XlYbOKmo/bannerleftlight-8a2f.jpg”>

Tuas AMT memiliki wujud seperti transmisi otomatis

Saat ini di pasaran cukup banyak mobil yang dijual dengan mengadopsi transmisi AMT ini. Sepengamatan Cintamobil.com setidaknya ada 5 brand yang memasangkan transmisi model ini ke produk mereka. Diantaranya Wuling, Proton, Suzuki, Smart, dan Fiat. Mau tahu lebih dalam mengenai transmisi manual tapi matik ini? Yuk ikuti ulasannya.

1. Cara Kerja

Tak kenal maka tak sayang, peribahasa tersebut rasanya pas untuk mengawali tulisan mengenai AMT ini. Sejatinya transmisi AMT adalah sebuah transmisi manual yang lengkap dengan kopling kering dan cara perpindahannya juga persis dengan kopling manual itu. Bedanya, perpindahan gigi beserta pengaturannya diatur oleh komputer. Jadi pada transmisi AMT ini tetap ada prosesi injak kopling, namun itu dilakukan oleh komputer. Makanya enggak heran, AMT sering disebut sebagai transmisi manual yang di-otomatiskan.

Pada prinsipnya AMT adalah transmisi manual dengan modul perpindahan gigi otomatis

Cara kerjanya, perpindahan gigi dan aktivas kopling menggunakan pompa aktuator selenoid yang memiliki fungsi menekan dan menggeser kopling ke tingkat yang dibutuhkan. Perintah untuk pindah gigi dan aktivasi kopling diperintahkan melalui modul transmisi dan ECU (Electronic Control Unit) girboks AMT itu sendiri. ECU pada girboks AMT akan membaca beberapa parameter, diantaranya kecepatan mobil, putaran mesin, sudut elevasi jalan, dan input dari pedal gas.

Perintah untuk menaikkan atau menurunkan posisi gigi diperoleh dari ECU transmisi AMT dan modul transmisi. Ketika salah satu dari beberapa parameter itu tercapai maka transmisi akan berpindah posisi baik naik ataupun turun. Bagi beberapa orang transmisi AMT ini cenderung gugup bahkan dinilai kasar, padahal jika mengetahui triknya, mengendarai mobil bertransmisi AMT cukup nyaman.

2. Cara Penggunaan

Agar nyaman dan optimal dalam menggunkannya, perlakukan AMT seperti transmisi manual. Caranya mudah, Anda harus selalu memantau putaran mesin. Biasanya di jalan rata mobil bertransmisi AMT akan memindahkan posisi gigi ke yang lebih tinggi ketika putaran mesin melewati 2.000 rpm. Berbeda jika di tanjakan, ECU transmisi AMT akan membaca mobil memerlukan tenaga dan torsi lebih untuk melewati tanjakan. Lepas saja sedikit injakan pedal gas Anda ketika mesin berkitir sedikit melewati 2000 rpm, tunggu sekitar 2 detik dan biarkan transmisi AMT berpindah secara otomatis.

Untuk downshift atau proses turun ke gigi yang lebih rendah, tinggal injak pedal rem saja dan secara otomatis pada putaran mesin yang dirasa cukup untuk turun gigi, maka ECU transmisi AMT dan modulnya akan menurunkan ke gigi yang dibutuhkan. Oh ya, jika ingin efek engine brake segera, Anda bisa menggeser posisi tuas transmisi ke M logo minus (-). Sebaliknya jika ingin naik gigi segera bisa geser ke logo plus (+).

3. Kelebihan dan Kekurangan

Dari sisi dimensi, transmisi AMT ini lebih kompak bila dibandingkan dengan transmisi otomatis konvensional yang menganut sistem torque converter. Maka jangan heran, bila beberapa pabrikan mengadopsi transmisi jenis ini pada mobil yang berdimensi kecil. Seperti Proton Savvy, Suzuki Ignis, Suzuki Karimun Wagon R AGS, Smart ForTwo, hingga Fiat 500. Belakangan malah pabrikan asal negeri tirai bambu, Wuling juga membenamkan transmisi jenis ini pada salah satu produknya yakni Cortez.

Wuling Cortez merupakan salah satu model pengguna AMT

Juga disinyalir, biaya produksi dan perakitan transmisi jenis AMT ini tidak semahal girboks otomatis konvensional menjadi salah satu kelebihannya. Tentu saja ini dapat menjadi daya tarik bagi pabrikan mobil untuk mengaplikasikannya guna menekan harga jual kendaraan. Apalagi ditambah dengan fitur perpindahan gigi yang dapat dioperasikan layaknya tiptronik. Tentu ini menambah nilai tersendiri penggunaan transmisi AMT ini.

Kelemahan yang paling utama dari penggunaan transmisis AMT ini adalah proses perpindahan giginya yang terasa memakan jeda waktu lama bila dibandingkan dengan transmisi konvensional. Hal ini tentu berdampak pada efisiensi bahan bakar yang tidak sebaik CVT. Dan membutuhka perlakuan serta adaptasi khusus bagi pengemudi awam untuk dapat dengan lancar mengoperasikan mobil bertransmisi manual tapi otomatis ini.

Ujungnya, jika transmisi AMT rusak akibat salah penggunaan. Biaya untuk penggantian suku cadang seperti aktuator kopling maupun aktuator persneling butuh biaya tinggi.