media-nasional.com – JAKARTA – Dari banyaknya ragam mobil listrik yang telah resmi beredar di Indonesia sejauh ini, Hyundai Ioniq 5 menjadi yang paling menarik perhatian. Bukan hanya karena menjadi pemenang World Car Award 2022, tapi juga menjadi mobil listrik murni pertama yang dirakit di Tanah Air oleh PT Hyundai Motors Indonesia (HMID).

OTO Media Group telah menguji Hyundai Ioniq 5 di aneka kondisi. Baik luar maupun dalam kota. Mengusung tema Electria: Know Your Best EV Criteria, kali ini pengujian lebih condong ke penggunaan harian di Greater Jakarta. Mulai dari rentang jarak, proses pengisian baterai, jumlah konsumsi energi, hingga sensasi gaya berkendara. Harapannya, dapat menjawab pertanyaan calon pengguna mobil listrik murni di Indonesia.

Ioniq 5 menjadi salah satu dari banyak mobil listrik yang kami uji di program Electria ini, yang berlangsung sepanjang bulan Juli 2022. Dalam kesempatan bersamaan kami juga menguji Nissan Leaf dan Hyundai Kona Electric.

Hyundai Ioniq 5 yang diuji merupakan varian tertinggi Signature Long Range. Kalau berdasar data di brosur, ia sanggup menempuh jarak 451 km (WLTP) dalam satu pengisian penuh. Namun untuk kondisi riil, Anda dapat melihat estimasi penggunaan pojok kiri bawah meter cluster. Daya jelajah dapat berubah variatif. Bergantung pada penggunaan mode berkendara dan peranti kelistrikan dipakai.

Pengujian dimulai dari SPKLU PLN Gambir menuju PIK dan berakhir di Tangerang Selatan. Asal tahu, kapasitas baterai Ioniq 5 Signature Long Range 72,6 kWh. Karena mobil sudah dipakai, maka butuh diisi listrik 24,93 kWh agar terisi penuh 100 persen. Pengecasan menggunakan DC charging Combo tipe CCS2. Butuh waktu sekitar 50 menitan. Di aplikasi Charge.IN, tertera pengeluaran Rp 65.200. Tapi apakah pengisian semudah itu?

Faktanya tidak demikian. Aplikasi Charge.IN acap kali berhasil dipasang di ponsel Android. Namun ada juga yang gagal terkoneksi dengan LinkAja alias error. Jadi harus pakai smartphone lain. Sedangkan untuk alat pengisian SPKLU PLN Gambir, beda-beda merek atau vendor. Ada yang buatan Hungaria dan Jerman. Salah satu “dispenser” bermasalah, saat menggunakan CCS2. Barcode sudah dipindai menggunakan aplikasi, namun kerap delay dan berujung gagal mengisi. Alhasil, mengharuskan pindah di sebelahnya. Berhasil. Mungkin ini harus dievaluasi, mengenai jaringan pengisian setrum buat EV. Tidak semuanya normal.

Lantaran sudah terisi penuh 100 persen. Perjalanan berkeliling kota dimulai, merasakan pengendalian langsung Hyundai Ioniq 5. Impresi pertama duduk di dalamnya sangat positif. Tak ayal, sebab ia mengantongi gelar World Car of the Year 2022. Namun, bukan berarti ia paling sempurna. Istilahnya, tidak ada gading yang tak retak.

Duduk di depan terasa nyaman. Tinggi penguji 173 cm. Jok menopang seluruh ujung hingga pangkal paha. Sehingga pengendara tidak mudah lelah saat berkendara. Pengaturannya elektrik, bikin tambah praktis. Ada memory seat pula. Jadi, Anda bisa mengatur sesuai kenyamanan posisi awal. Setelah, misalkan, dipakai istri atau kerabat lain. Visual luar mudah dijangkau, cenderung minim titik buta (blind spot). Makin enak diimbuhi kamera 360 derajat.

Tak perlu berlama-lama, langsung tekan tombol start. Layar monitor menyambut, dan tetap senyap seolah tidak terjadi apa-apa. Tuas gear tepat berada di balik lingkar kemudi. Sedikit mengingatkan kita kepada star brand. Namun pengaturannya berbeda. Dipuntir ke depan untuk drive (D) tengah netral (N) dan ke belakang (R). Lalu tekan tombol (P) bila posisi diam. Sedangkan tombol brake (B) ada di kanan balik setir.

Ada empat mode berkendara di Hyundai Ioniq 5. Anda dapat mengatur lewat tombol drive mode di bagian kiri setir. Tersedia pilihan: Eco, Normal, Sport dan tekan agak lama untuk beralih ke Snow. Paling enak saat diajak berselancar di kota ialah Eco. Selain menjadi gaya paling irit energi. Embusan torsi tetap terasa kuat, instan. Bahkan dalam sudut pandang penguji, sensasi dorongan tubuh bak sportscar. Trengginas, tapi dalam kesenyapan.

Ioniq 5 Signature memiliki permanent magnet synchronous motor. Aliran listrik sanggup memutar serta menghimpun kekuatan maksimal 217 PS. Tonjokan torsi 350 Nm. Klaim pabrikan, mengilat dari 0-100 km/jam cuma butuh tempo 7,4 detik saja. Rasanya, saat dipakai dalam mobilitas harian pun demikian. Nyaman, gesit nan menyenangkan. Aliran tenaga yang disalurkan via transmisi single speed reduction gear begitu linear. Injak pedal akselerator sedikit, seketika mobil melesat. Mudah sekali beradaptasi dengan karakter motor listrik garapan Hyundai ini.

Cara membawa EV sangat berbeda dibanding mobil bermesin. Ada bisa melihat, sisipan paddle shift di balik kemudi. Fungsinya bukan untuk memindah posisi gigi. Namun ia mengatur regenerative level. Pengereman macam engine brake. Di Ioniq 5, bisa diposisikan di level 0 artinya tidak ada perlambatan saat akselerator dilepas. Terus tambah ke level 1, dengan sedikit pengereman, hingga level 3. Terakhir ialah mode i-Pedal, Anda bisa menghela laju kendaraan tanpa injak pedal rem.

Nah, perlu adaptasi bagi yang pertama kali bawa kendaraan listrik murni. Jika sudah mahir, berkendara di dalam kota paling enak ke level 3 atau i-Pedal. Sebab jarang sekali menyentuh pedal rem. Kaki bisa lebih rileks ketika melenggang di kemacetan jalan. Berkendara bersama Ioniq 5 kian menyenangkan. Kalau sudah menemukan penyatuan bersama mobil, rasanya bikin kasmaran. Ingin segera meninggalkan konvensional dan beralih ke EV lansiran Hyundai. Tapi apakah pengendaliannya enak?

Konfigurasi suspensi depan Hyundai Ioniq 5 menggunakan MacPherson Strut di depan dan multilink sebagai penyangga roda belakang. Jelas, ia menyajikan pengalaman berkendara asyik di jalan perkotaan. Kuncinya ialah jarak sumbu roda 3.000 mm. Ini jauh lebih panjang dibanding SUV bongsor Palisade (2.900 mm). Melesat di jalan mulus terasa naik pesawat tebang. Sangat stabil dan senyap, kalau audio dimatikan.

Jarang sekali koreksi lingkar kemudi ketika membawanya mengilat kencang. Komunikasi antara setir, ban, dan suspensi terjalin harmoni. Namun kenikmatan itu harus sedikit mengorbankan sedikit keempukan suspensi saat menerjang lubang atau medan tak rata. Mobil terasa keras. Pengembalian gaya gerak pegas (rebound) cepat sekali. Namun masih tergolong wajar. Bayangkan saja kalau mobil listrik dengan torsi besar dan instan. Kemudian memiliki konfigurasi suspensi agak empuk. Malah sukar dikendalikan, serta kurang nyaman.

Catatan ringan mengenai wheelbase 3.000 mm. Betul, bikin berkendara stabil. Tapi kalau mobil masuk ke dalam jalanan komplek yang relatif sempit. Butuh ancang-ancang jauh untuk belok ke kanan atau kiri. Apalagi melewati pertigaan kecil. Radius putarnya terbilang besar, yakni 5,3 meter. Bukan masalah gede, namun hal ini juga perlu diketahui calon pemilik Hyundai Ioniq 5.

Saking nyaman bersama Ioniq 5, tak terasa sudah berkeliling kota dengan jarak 97 km. Berakhir di kawasan Tangerang Selatan. Dari kapasitas baterai 100 persen, tinggal 80 persen saja. Artinya untuk menempuh perjalanan sejauh itu dengan aneka kondisi kemacetan. Cuma perlu pengisian 20 persen. Tarif di SPKLU sekarang Rp 2.466 per kWh. Agar kembali penuh, diisi 14,52 kWh. Artinya cuma perlu biaya Rp 35.806 saat diajak berselancar.

Sekadar perbandingkan saat menggunakan mobil konvensional. Jika pakai asumsi rata-rata konsumsi 12 km/liter. Untuk menempuh jarak 97 km dibutuhkan ongkos Rp 133 ribu dengan acuan harga BBM non-subsidi Pertamax sekarang Rp 16.500. Bisa Anda bandingkan sendiri, betapa murahnya pengeluaran mobil listrik. Perlu diketahui pula bahwa Ioniq 5 Signature Long Range dijajakan Rp 829 juta on the road Jakarta. Biaya perpanjangan SNTK atau pajak tahunan cuma Rp 1,32 juta saja! Bagaimana, tertarik beralih ke EV?(ANJAR LEKSANA / WH)