‘Kiamat’ di Australia Makin Gawat! Pengangguran Sulit Berobat

media-nasional.com – Krisis biaya hidup di Australia membuat masyarakat yang menganggur di negara itu mulai terdampak. Bahkan, ada yang kesulitan mencukupi kebutuhan hidup akibat kondisi kesehatan yang kurang baik.

Salah satu hal pahit akibat krisis ini dialami Leigh. Warga Adelaide yang berusia 39 tahun itu menderita diabetes tipe 2. Ia menerima pembayaran dari program Pencari Kerja sebesar 334 dolar Australia (Rp 3,2 juta) per minggu.

Namun, akibat kenaikan biaya hidup, termasuk pangan, Leigh tak mampu lagi membeli makanan dengan nutrisi yang baik. Ini dapat mengancam pengobatannya dari penyakit itu.

“Tingkat glukosa darah saya langsung melonjak. Itu hanya membuat angka saya naik. Angka yang naik itu tidak baik. Jika saya melanjutkan cara itu, kondisi akan menjadi tidak terkendali,” ujarnya kepada ABC News, Selasa (18/10/2022).

Sebelum pandemi Covid-19, Leigh menghabiskan 100 hingga 120 dolar Australia per dua pekan. Namun kali ini, ia menghabiskan sekitar 180 dolar Australia untuk jangka waktu yang sama.

Leigh bukan satu-satunya warga Australia yang memiliki dukungan pendapatan yang berjuang dalam kemiskinan. Hasil survei yang dirilis bulan lalu oleh Dewan Layanan Sosial Australia menunjukkan mayoritas responden melewatkan makan, minum obat, dan mandi air panas lebih sedikit karena biaya hidup yang meroket.

Temuan ini juga ditegaskan oleh Laporan Kelaparan tahunan lembaga amal Foodbank. Penelitian itu menyimpulkan bahwa ada 500.000 rumah tangga di negara itu yang suatu hari akan mengalami kerawanan pangan.

Kepala eksekutif Foodbank, Brianna Casey, mengatakan situasinya merupakan yang terburuk selama enam tahun bekerja di lembaga itu. Ia pun menyerukan peningkatan pembayaran dukungan pendapatan dan dukungan tambahan untuk sektor masyarakat.

“Saya belum pernah melihat sesuatu seperti yang kita lihat sekarang. Ini akan mengejutkan banyak orang bahwa kita melihat tingkat kerawanan pangan yang lebih buruk daripada puncak pandemi … Orang-orang telah keluar dari pandemi dalam banyak kasus dalam posisi yang lebih rentan daripada saat mereka masuk,” paparnya dikutip media Inggris, The Guardian.

Tak hanya itu, data-data ekonomi Australia telah menunjukan kenaikan dalam biaya pangan. Inflasi tahunan pada bulan Agustus melonjak menjadi 6,8% dari hanya di bawah 2% sebelum pandemi.

Banjir di Pantai Timur Australia antara Maret dan Juli menambah gangguan pangan di negara itu. Pasalnya, bencana ini menghancurkan tanaman dan mendorong lonjakan harga makanan di Australia.

Keterangan Biro Statistik Australia menyebutkan bahwa harga buah dan sayuran naik 18,6% pada Agustus dibandingkan tahun lalu. Harga makanan dan minuman nonalkohol juga meningkat menjadi 9,3% dalam 12 bulan hingga Agustus 2022.