Ukraina Tuding Rusia Culik 2 Staf Senior PLTN Zaporizhzhia

media-nasional.com – Badan energi nuklir Ukraina , Energoatom, menuduh Rusia menahan dua staf senior Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang dikuasai pasukan Moskow. Energoatom menyerukan bantuan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengamankan pembebasan kedua staf PLTN di Ukraina bagian selatan itu.

Seperti dilansir AFP, Selasa (18/10/2022), Energoatom menuduh pasukan Rusia telah ‘menculik’ dua staf senior PLTN Zaporizhzhia , yakni kepala teknologi informasi Oleg Kostyukov dan asisten direktur umum Oleg Osheka, pada Senin (17/10) waktu setempat.

“Membawa mereka ke tujuan yang tidak diketahui,” sebut Energoatom dalam pernyataannya.

Tidak diketahui juga kondisi terkini kedua staf senior tersebut. “Saat ini, tidak ada yang diketahui soal keberadaan atau kondisi mereka,” demikian pernyataan Energoatom seperti dilansir Reuters.

Lebih lanjut, Energoatom menyerukan Kepala IAEA Rafael Grossi ‘untuk melakukan segala upaya’ dalam mengamankan pembebasan kedua staf itu.

Pasukan Rusia menguasai PLTN Zaporizhzhia sejak awal Maret lalu, pada awal-awal invasinya ke Ukraina. Beberapa waktu terakhir, otoritas Ukraina menuduh Rusia menahan sejumlah pegawai PLTN terbesar di kawasan Eropa itu.

Pekan lalu, Energoatom menuduh Rusia menahan dan menganiaya wakil direktur umum untuk sumber daya manusia (SDM) pada PLTN itu, Valeriy Martyniuk. Belum ada informasi tambahan seputar penahanan Martyniuk sejak tuduhan itu dilontarkan.

Tuduhan lainnya disampaikan pada akhir September lalu, dengan Energoatom menyebut Rusia menahan kepala PLTN Zaporizhzhia, Ihor Murashov, selama beberapa hari sebelum membebaskannya pada 3 Oktober.

PLTN Zaporizhzhia terletak di wilayah Zaporizhzhia yang dikuasai pasukan Rusia, di mana bulan lalu Moskow mencaplok wilayah itu bersama tiga wilayah Rusia lainnya — Donetsk, Luhansk dan Kherson — dalam langkah yang memicu kecaman internasional.

Rusia dan Ukraina saling melempar kesalahan terkait gempuran yang terjadi di dekat PLTN itu, yang memicu kekhawatiran bencana nuklir dan mendorong seruan zona demiliterisasi di sekitar fasilitas tersebut.