PM Inggris Akan ‘Diinterogasi’ Parlemen Usai Batalkan Pemotongan Pajak

media-nasional.com – Perdana Menteri (PM) Inggris Liz Truss akan menghadapi pertanyaan para anggota parlemen untuk pertama kalinya sejak mencabut agenda ekonomi pemotongan pajak yang menuai kritikan. Truss yang menjabat sejak awal September lalu, akan menegaskan otoritas politiknya di hadapan parlemen Inggris.

Seperti dilansir AFP, Rabu (19/10/2022), Truss akan menghadapi berbagai pertanyaan tajam dari Partai Konservatif yang dipimpinnya, maupun dari oposisi dalam majelis rendah House of Commons pada Rabu (19/10) waktu setempat.

Kehadiran Truss di hadapan parlemen Inggris itu dilakukan kurang dari 48 jam setelah Menteri Keuangan (Menkeu) baru Jeremy Hunt membatalkan rencana pajak andalan pemerintahan Truss.

Anggaran mini pemerintah Inggris pada 23 September lalu, yang memangkas sejumlah pajak tanpa membatasi pengeluaran, telah memicu lonjakan yield obligasi dan membuat mata uang Inggris, Poundsterling, merosot ke level terendah terhadap dolar Amerika di tengah kekhawatiran meningkatnya utang Inggris.

Pekan lalu, Truss mengambil dua langkah memalukan dengan membatalkan pemotongan pajak yang sudah direncanakan untuk orang-orang kaya dan profit perusahaan, dan memecat sekutu dekatnya, Kwasi Kwartaeng, dari jabatan Menkeu.

Usai menunjuk Hunt sebagai Menkeu baru, Truss menyepakati lebih banyak langkah yang membalikkan rencana kebijakannya, termasuk memangkas semua pemotongan lainnya dan mencabut subsidi harga energi untuk konsumen. Subsidi itu seharusnya berlaku dua tahun, namun kini akan berakhir pada April tahun depan.

Dampak dari langkah-langkahnya itu, Truss telah melihat lima koleganya dari Partai Konservatif yang menyerukan agar dirinya diganti. Namun Truss berjuang untuk tetap bertahan secara politik.

Dalam wawancara dengan BBC pada Senin (17/10) waktu setempat, Truss telah meminta maaf karena ‘terlalu jauh dan terlalu cepat’ dalam anggaran mini pemerintahannya, namun dia juga bersikeras tidak akan ke mana-mana — menandakan dia tidak akan mengundurkan diri.

Kendati demikian, jajak pendapat terbaru menunjukkan peringkat pribadi dan partai Truss menurun secara drastis, dengan YouGov — perusahaan penelitian pasar dan analisis data Inggris — menyebut Truss telah menjadi pemimpin Inggris paling tidak populer yang pernah tercatat setelah menjabat hanya enam pekan.

Survei terpisah pada anggota Partai Konservatif menyatakan kurang dari dua bulan setelah memilih Truss sebagai ketua dan PM Inggris, mayoritas anggota partai kini berpikir dia harus mundur.

Seruan mundur juga disampaikan oposisi utama, Partai Buruh, dan partai oposisi lainnya. Mereka menuntut Truss mundur dan pemilu baru digelar, namun tidak akan berlangsung dalam dua tahun ke depan.

Namun demikian, diketahui juga bahwa di bawah aturan partai yang kini berlaku, Truss tidak bisa ditantang dengan mosi tidak percaya pada tahun pertamanya menjabat. Meskipun spekulasi yang beredar menyebut aturan itu mungkin diubah demi memungkinkan digelarnya voting mosi tidak percaya terhadap Truss.