media-nasional.com – Sebuah tim di Universitas Teknologi Malaysia sedang mengembangkan sebuah perangkat teknologi yang bisa membantu perkebunan-perkebunan kelapa sawit di “Negeri Jiran” mengatasi krisis tenaga kerja.

Mereka menamakan perangkat teknologi pendukung tubuh atau exoskeleton ini Terer .

Alat ini hanya perlu dipasangkan di pundak seperti halnya ransel, dengan dua cekalan yang membalut bagian sekitar otot bisep kedua lengan.

Alat tersebut membantu meringankan beban para pekerja yang harus mengoperasikan tongkat pemangkas seberat 18 kilogram.


“Idenya adalah Terer membantu mereka mengurangi beban, terutama dalam membawa tongkat itu dari pohon ke pohon, dan ketika melakukan proses pemanenan,” kata Hazlina Salamat, pemimpin proyek pengembangan Terer.

Terer adalah bagian dari langkah untuk mengotomatisasi industri kelapa sawit karena banyak perusahaan perkebunan di Malaysia mengaku sangat kekurangan tenaga kerja.

Mahasiswa peneliti, Haziq Ramli, adalah bagian dari proyek Terer di Universitas Teknologi Malaysia, menceritakan bagaimana cara kerja alat itu.

“Exoskeleton memberikan dukungan pada kedua sisi lengan atas saya. Ketika saya bekerja, alat itu menahan lengan saya, sehingga saya tidak menggunakan banyak energi. Dengan alat ini, saya dengan mudah mengoperasikan tongkat pemotong yang berat untuk memangkas dan memanen kelapa sawit,” jelas dia.

Tim Universitas Teknologi Malaysia mengatakan alat itu dapat mengurangi ketegangan otot hingga 22 persen dan meningkatkan daya tahan hingga 47 peren.

Mereka memperkirakan Terer dapat mengurangi sekitar 20 persen beban kerja pemanen.

Terer saat ini sedang diujicoba di perkebunan kelapa sawit Sime Darby Plantation.

Perkebunan itu sedang mencari cara untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja yang parah.

Hampir 80 persen pekerja perkebunan Malaysia adalah pendatang, banyak di antaranya direkrut dari negara tetangga, Indonesia.

Tetapi krisis kesehatan global telah menyebabkan kekurangan sekitar 120.000 pekerja pada tahun 2022.

Produsen-produsen kelapa sawit Malaysia menghadapi kerugian yang diperkirakan mencapai 4,4 miliar dollar AS karena krisis tenaga kerja.

Untuk mengatasi krisis tenaga kerja, sejumlah perkebunan kini juga memanfaatkan drone pintar untuk menyemprot tanaman dengan pupuk dan pestisida serta memantau kondisi mereka.