media-nasional.com – Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad mengaku siap bertemu Anwar Ibrahim untuk menjajaki kemungkinan aliansi politik.

Hal tersebut disampaikan politikus berjuluk Dr M tersebut melalui video yang diunggah di Facebook, Kamis (20/10/2022).

“Saya siap bertemu Anwar karena saya yakin kami memiliki (tujuan) yang sama. Jika saya harus membuat gerakan pertama, saya akan melakukannya,” ucap Mahathir.

Hubungan Mahathir dengan Anwar Ibrahim memang mengalami pasang surut. Mereka pernah menjadi musuh dan pernah juga menjadi sekutu dekat.

“Beberapa orang mungkin mengatakan saya tidak tahu malu tetapi itu tidak memengaruhi saya,” ucap Mahathir, sebagaimana dilansir The Straits Times.

“Bagi saya, yang penting adalah kita (bersama-sama) menghentikan mereka yang mencoba menghancurkan negara,” sambung Mahathir.

Pada Jumat (21/10/2022), Anwar Ibrahim membalas bahwa opsi bertemu bisa dilakukan.

“Tidak ada masalah, kita bisa bertemu, kita bisa berdiskusi. Tapi saya selalu tekankan bahwa yang paling penting adalah mengapa kita melawan BN/PN (Barisan Nasional/Perikatan Nasional),” kata Anwar Ibrahim.

Pada Rabu (19/10/2022), Anwar Ibrahim secara resmi ditunjuk oleh Pakatan Harapan (PH) sebagai kandidat PM Malaysia.

Jika Pakatan Harapan menang pemilu pada 19 November, dia akan memegang kekuasaan.

Oposisi Malaysia sekarang terpecah menjadi tiga blok utama yakni PH, Perikatan Nasional (PN) yang dipimpin mantan PM Malaysia Muhyiddin Yassin, dan aliansi Gerakan Tanah Air yang dipimpin oleh Mahathir.

Anwar Ibrahim sebelumnya telah menyiratkan bahwa mungkin ada cara untuk bekerja sama dengan Mahathir dan Muhyiddin Yassin.

Pasang surut hubungan Mahathir-Anwar Ibrahim

Keputusan Mahahtir untuk bertemu Anwar Ibrahim mengejutkan banyak pihak. Keduanya sempat menjadi sekutu dan pernah menjadi seteru.

Pada 1998, saat Mahathir masih menjadi PM Malaysia, dia memecat Anwar Ibrahim dari Wakil PM Malaysia.

Setahun setelah itu, Anwar Ibrahim dihukum dan dipenjara karena korupsi dan sodomi. Menurutnya, dakwaan tersebut bermuatan politis.

Empat tahun setelah dibebaskan pada 2004, Anwar Ibrahim kembali dituduh melakukan sodomi oleh seorang pembantunya.

Menurut AnwarIbrahim, tuduhan itu bertujuan untuk menyingkirkannya dari jabannya saat itu sebagai pemimpin oposisi yang hampir mengalahkan Najib Razak, salah satu anak didik Mahathir, dalam pemilu 2013.

Ketika Najib menjadi PM Malaysia, Anwar Ibrahim kembali mendapat tekanan. Pada 2015, dia dipenjara karena kasus sodomi untuk kedua kalinya.

Pada 2016 Mahathir keluar dari UMNO di tengah seruan agar Najib Razak mengundurkan diri karena skandal korupsi 1MDB.

Mahathir lalu membentuk partai baru, Partai Bumi Bersatu Malaysia, sebelum bergabung dengan koalisi PH yang dipimpin Anwar Ibrahim.

Mahathir berjanji untuk mencari pengampunan kerajaan bagi Anwar Ibrahim dan menyerahkan jabatan PM kepadanya jika koalisi berhasil menggulingkan Najib dan pemerintah yang dipimpin UMNO.

Pada 2018, Mahathir memimpin koalisi dan menang pemilu, sekaligus mengakhiri 60 tahun kekuasaan UMNO. Mahathir jadi PM. Seminggu kemudian, Anwar Ibrahim diampuni dan dibebaskan.

Pada 2019 Anwar Ibrahim menyangkal tuduhan telah melakukan pelecehan seksual terhadap mantan ajudan prianya. Kasus ini dibatalkan dengan alasan tak cukup bukti.

Pada 2020, Mahathir mundur dari kursi PM Malaysia dan tidak memberikannya kepada Anwar Ibrahim. Kursi PM Malaysia justru diambil alih Muhyiddin Yassin.

Anwar Ibrahim merasa dikhianati oleh Mahathir.