Ekspor Gandum Ukraina Dihentikan Usai Rusia Tangguhkan Kesepakatan

media-nasional.com – Ukraina menghentikan ekspor gandum setelah Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian ekspor biji-bijian. Hal itu karena Rusia menyalahkan serangan drone kepada kapalnya di Krimea.

Dilansir AFP, Minggu (30/10/2022), perjanjian untuk membuka keran ekspor antara Rusia dan Ukraina itu disepakati pada Juli. Yang mana perjanjian itu ditengahi oleh Turki dan PBB, untuk meredakan krisis pangan global yang disebabkan konflik.

Perjanjian itu mengizinkan lebih dari 9 juta ton gandum Ukraina diekspor, di mana perjanjian itu akan diperpanjang pada 19 November mendatang.

Pada hari Sabtu kemarin, Rusia mengatakan pihaknya menghentikan partisipasinya setelah tentaranya menuduh Kyiv melakukan serangan drone terhadap armada kapalnya di Laut Hitam, yang disebut Ukraina sebagai ‘dalih palsu’.

Lebih lanjut, Presiden AS Joe Biden menyebut langkah itu ‘murni keterlaluan’ sementara Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan Moskow ‘mempersenjatai makanan’.

Adapun Pusat Koordinator Logistik kesepakatan itu mengatakan tidak ada lalu lintas ekspor yang dijadwalkan pada Minggu.

“Kesepakatan bersama belum tercapai di JCC untuk pergerakan kapal inbound dan outbound pada 30 Oktober. Ada lebih dari sepuluh kapal baik outbound maupun inbound yang menunggu untuk memasuki koridor,” katanya.

Sementara itu pihak Ukraina dan PBB mendesak perjanjian tersebut tetap berlaku.

“Saya meminta semua negara untuk menuntut agar Rusia menghentikan permainan kelaparan dan berkomitmen kembali untuk memenuhi kewajibannya,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba melalui Twitter.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut langkah Rusia itu sebagai “niat Rusia untuk mengembalikan ancaman kelaparan skala besar ke Afrika dan Asia”.

“Hari ini, lebih dari dua juta ton pangan berada di laut. Artinya akses pangan justru semakin memburuk bagi lebih dari tujuh juta konsumen,” katanya dalam pidato malamnya.

Lebih lanjut, juru bicara sekretaris jenderal PBB, Stephane Dujarric mengatakan pentingnya semua pihak menahan diri dari tindakan apapun demi upaya kemanusiaan.