Dilansir dari The Straits Times, Senin, 25 Juli 2022, tambahan infeksi ini menjadikan total kasus cacar monyet di Singapura mencapai delapan, dengan empat kasus lokal dan yang berasal dari luar negeri.
Tidak ada satu pun kasus cacar monyet di Singapura yang saling berkaitan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dalam pengumuman terbaru kasus cacar monyet di situs Kementerian Kesehatan Singapura (MOH), dinyatakan bahwa “pria asal Estonia datang ke Singapura dari London pada 21 Juli lalu.”
Ia dinyatakan positif terjangkit cacar monyet pada hari Minggu, setelah mengalami gejala ruam di area selangkangan dan juga demam disertai pembengkakan kelenjar getah bening.
Sementara kasus kedelapan yang merupakan warga Singapura juga mengalami ruam di area selangkangan serta bagian tubuh lain. Ia dinyatakan positif di hari yang sama dengan kasus ketujuh.
Kedua pasien terbaru cacar monyet itu telah dibawa ke Pusat Penyakit Menular Nasional Singapura dalam kondisi stabil.
Ketika ditanyakan mengenai apakah akan ada perubahan pembatasan domestik atau lainnya setelah deklarasi darurat kesehatan global akibat cacar monyet pekan lalu, MOH mengatakan bahwa mayoritas penanganan kasus cacar monyet di Singapura telah sesuai acuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
MOH juga menyampaikan bahwa rekomendasi sementara yang dikeluarkan WHO sejak Mei lalu telah diberlakukan, termasuk protokol mengisolasi pasien terkonfirmasi dan mengkarantina orang yang berkontak erat selama 21 hari sejak terpapar. Kontak dan resiko yang lebih rendah juga tetap diawasi melalui telepon dalam jangka waktu yang sama – sesuai masa inkubasi maksimum virus.
“Pelayanan kesehatan Singapura memiliki keahlian serta kemampuan dalam menguji efektivitas, mendiagnosis, hingga mengobati infeksi cacar monyet,” kata MOH.
Berdasarkan layanan kesehatan dan masyarakat, mereka menyampaikan bahwa penyakit ini lebih beresiko berdampak pada pria yang berhubungan seks dengan pria yang baru dikenal.
Selain itu, MOH juga mengimbau para wisatawan yang baru saja kembali dari area terinfeksi cacar monyet untuk segera mendapatkan penanganan medis apabila mereka menunjukkan gejala seperti demam, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam dalam waktu tiga pekan setelah perjalanan.
Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung mengatakan melalui Facebook bahwa penilaian WHO terkait risiko cacar monyet tetap berada di level moderat. Hal ini kemudian mendorong WHO untuk menyatakan bahwa cacar monyet masuk kriteria kondisi luar biasa yang memerlukan koordinasi internasional.
Ia mengatakan, sejauh ini setiap kasus cacar monyet biasanya menghasilkan tiga sampai empat kasus akibat kontak dekat yang memerlukan karantina – berbeda dengan Covid-19 yang dapat menghasilkan hingga 20 kasus.
“Hingga saat ini, mengingat sifat penyakit yang dapat dibatasi, MOH tidak merekomendasikan adanya vaksinasi massal cacar monyet terhadap seluruh masyarakat karena manfaatnya tidak sebanding dengan risikonya,” tutur Ong.
Lebih dari 14.000 kasus cacar monyet dilaporkan di lebih dari 70 negara teritori di seluruh dunia sejak Mei lalu. (Gracia Anggellica)
Baca: Seberapa Siap Indonesia Hadapi Cacar Monyet?
(WIL)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.