Rusia Tuntut 92 Prajurit Ukraina atas Kejahatan terhadap Kemanusiaan

Moskow: Kepala Komite Investigasi Rusia menuntut 92 personel militer Ukraina dengan kejahatan terhadap kemanusiaan dan mengusulkan mereka diadili di pengadilan internasional.
 
Kepala komite Alexander Bastrykin mengatakan bahwa “lebih dari 220 orang, termasuk perwakilan dari Komando Tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina, serta anggota komando militer” telah menembaki masyarakat sipil.
 
“Mereka semua terlibat dalam tindak kriminal yang mengancam keamanan dan kedamaian kemanusiaan,” ucap Bastrykin, dilansir dari The Straits Times, 12 Juli 2022.





Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Bastrykin, yang merupakan anggota penyidik tindak kriminal berat, mengatakan bahwa 92 komandan serta bawahannya telah didakwa. Sementara 96 orang lainnya, termasuk 51 komando angkatan bersenjata Ukraina, dinyatakan buron.
 
Sejauh ini, Pemerintahan Ukraina belum bersedia berkomentar mengenai hal tersebut.
 
Awal bulan ini, Amerika Serikat (AS) serta 40 negara lainnya sepakat berkoordinasi dalam menyelidiki dugaan kejahatan perang di Ukraina.
 
Setelah melancarkan “operasi militer khusus” di Ukraina pada Februari, pasukan Rusia telah mengebom wilayah perkotaan dan menewaskan banyak warga di area-area yang mereka duduki.
 
Ukraina mengatakan bahwa puluhan ribu warganya tewas sejak awal invasi. Moskow membantah bertanggung jawab.
 
Selain itu, terdapat beberapa laporan terkait perlakuan kasar Ukraina terhadap tahanan Rusia, meski sebagian besar tuduhan yang didokumentasikan lembaga seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah seputar dugaan kekejaman yang dilakukan Rusia.
 
Baca:  PBB Tegaskan Terlalu Dini Konfirmasi Kejahatan Perang Rusia di Ukraina
 
Bastrykin mengatakan investigasi terkait 1.300 tindak kriminal telah dilayangkan kepada personel militer Ukraina, pemimpin politik, asosiasi radikal-nasionalis, serta anggota formasi bersenjata.
 
Target investigasi tersebut termasuk pegawai Kementerian Kesehatan Ukraina, yang dituduhnya — tanpa memberikan bukti — tengah mengembangkan senjata pemusnah massal. Bastrykin juga menuduh beberapa warga dari Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Belanda, dan Georgia. (Gracia Anggellica)
 

(WIL)

Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.