Workaholic vs. Pekerja Keras: Ketahui Perbedaannya

media-nasional.com – Apakah kamu seorang workaholic atau pekerja keras? Sebelum menentukan, kamu perlu mengetahui perbedaan antara workaholic dan pekerja keras.

Untungnya, Glints sudah menyiapkan penjelasan mengenai apa yang membedakan kedua tipe orang ini.

Yuk, simak lebih lanjut!

Perbedaan Workaholic dan Pekerja Keras

© Freepik.com

1. Alasan bekerja

Perbedaan paling mendasar antara workaholic dan pekerja keras adalah alasan mengapa mereka bekerja.

Seorang pekerja keras bekerja karena memang menyukai apa yang dikerjakan, dan menikmati pekerjaannya.

Beda halnya dengan orang yang memiliki workaholism.

Dilansir dari Science Daily, seorang workaholic merasa bahwa mereka merasa terpaksa untuk bekerja.

Hal ini disebabkan oleh paksaan dari dalam diri untuk terus bekerja, meskipun tidak ada yang harus dikerjakan.

Alhasil, seorang workaholic jarang atau bahkan tidak pernah merasa senang dan puas setelah menyelesaikan pekerjaan apapun.

2. Waktu yang dihabiskan untuk bekerja

Pada dasarnya, kedua tipe orang ini sama-sama menghabiskan banyak waktu untuk bekerja.

Perbedaan seorang workaholic dan pekerja keras adalah bagaimana mereka memanfaatkan waktu tersebut.

Seorang pekerja keras menghabiskan waktu bekerja secara efektif dan produktif, sedangkan workaholic melakukan sebaliknya.

Dilansir dari Harvard Business Review, berapa lama seseorang bekerja waktunya dalam satu hari bukan satu-satunya tolok ukur untuk menilai apakah orang tersebut workaholic atau pekerja keras.

Sebagai contoh, ada dua orang berinisial D dan R.

Setiap harinya, D biasa bekerja dari pukul 9 pagi sampai 5 sore. Ketika sampai rumah, ia langsung mandi, makan, dan melakukan kegiatan lain.

Pukul 8 malam, ia kembali membuka laptop dan menyelesaikan pekerjaan untuk 1-2 jam.

Meskipun begitu, D merasa puas dengan apa yang sudah dikerjakan. Ia tidak memiliki kesulitan mengatur otaknya untuk langsung beristirahat dan tidur dengan nyenyak.

Contoh lainnya, R, juga bekerja dengan durasi yang sama.

Namun, ia kesulitan untuk segera beristirahat dan tetap merasa harus bekerja meskipun sudah sampai tengah malam.

Kedua contoh di atas menunjukkan perbedaan antara workaholic dan pekerja keras.

Dapat disimpulkan bahwa banyaknya jam kerja tidak dapat menjadi satu-satunya alasan untuk menentukan bahwa seseorang adalah workaholic.

Bagaimana mereka memanfaatkan waktu bekerja tersebutlah yang menjadi penentunya.

3. Batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi

Perbedaan selanjutnya antara workaholic dan pekerja keras adalah bagaimana mereka membuat batasan ketika bekerja.

Dilansir dari Inc., workaholic adalah istilah yang digunakan untuk orang yang ketagihan bekerja atau bisa dibilang ‘gila kerja’ hingga tidak memiliki kehidupan di luar pekerjaan.

Karena ketagihan dan dorongan untuk terus bekerja tersebut, mereka akhirnya tidak meluangkan waktu untuk diri sendiri, terlebih lagi untuk bersosialisasi.

Semua waktu luang digunakan untuk bekerja, atau sekadar memikirkan pekerjaan secara terus-menerus.

Beda halnya dengan seorang pekerja keras.

Seperti contoh di poin sebelumnya, pekerja keras bisa saja menghabiskan waktu ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan ketika dibutuhkan.

Tetapi ketika tidak butuh mengejar deadline, mereka memilih untuk meluangkan waktu dengan keluarga, teman, atau diri sendiri.

Jadi, mereka tetap memiliki work-life balance dan kehidupan pribadinya tidak terbengkalai.

4. Mengetahui kemampuan diri

Perbedaan terakhir dari workaholic dan pekerja keras adalah bagaimana mereka mengetahui kemampuan diri.

Apakah kamu sering diberi pekerjaan tambahan di luar kewajibanmu, namun tidak pernah kamu tolak? Atau bahkan meminta tugas tambahan di luar pekerjaanmu?

Dilansir dari Career Addict, hal tersebut merupakan salah satu tanda bahwa kamu adalah seorang workaholic.

Seorang pekerja keras akan menerima tugas tambahan, namun jika memang tugas tersebut berkaitan dengan posisinya di perusahaan.

Tak hanya itu, pekerja keras juga biasanya mau menerima tugas tambahan jika mereka merasa bahwa tugas tersebut dapat meningkatkan kemampuan yang dapat berguna untuk karier.

Ketika tugas tidak berkaitan dengan job desc dan merasa tidak sanggup menyelesaikannya, maka mereka akan menolak tugas tersebut dengan sopan.

Itu dia penjelasan mengenai perbedaan antara seorang workaholic dan pekerja keras.

Jadi, yang manakah dirimu? Apakah kamu senang dengan pekerjaanmu, atau merasa terpaksa menjalankannya?

Jika jawabanmu adalah yang kedua, maka ada baiknya kamu mengatur kembali prioritas dalam bekerja.

Pasalnya, workaholism bisa berdampak buruk bagi kesehatanmu.

Untuk membahas topik ini lebih lanjut, kamu bisa membuka diskusi dengan pekerja lainnya di Glints Komunitas, lho.

Siapa tahu, ada yang mengalami hal serupa dan mengetahui cara mengatasinya.