media-nasional.com – Sandwich generation adalah istilah yang sudah sering digunakan. Istilah ini sering kali dikaitkan dengan generasi milenial.
Akan tetapi, apakah kamu benar-benar paham apa artinya? Apa yang harus kamu lakukan apabila ternyata kamu adalah salah satu bagiannya?
Tak perlu bingung, Glints sudah merangkum informasinya untukmu.
Apa Itu Sandwich Generation?
© Freepik
Supaya lebih mudah memahami sandwich generation, mari kita mulai dengan definisi.
Dilansir dari Monster, sandwich generation adalah orang-orang yang harus menjadi orang tua dan anak di kurun waktu yang sama.
Kata Huffington Post, istilah ini pertama kali digunakan oleh seorang pekerja sosial bernama Dorothy Miller pada tahun 1981.
Istilah ini digunakan karena generasi ini “terjepit” oleh beban ganda orang tua dan anak secara bersamaan.
Beban ini hadir berupa tanggung jawab untuk merawat, baik secara finansial maupun fisik dan psikologis.
Selain beban ganda ini, orang yang masuk ke dalam sandwich generation juga harus memenuhi kebutuhannya sendiri.
Mengapa Bisa Terjadi?
© Freepik
Semua masalah tentu memiliki asal mulanya. Lantas, apa yang menyebabkan munculnya sandwich generation?
Salah satu penyebab munculnya sandwich generation adalah kurangnya kebiasaan pendidikan finansial yang diajarkan dari generasi ke generasi.
Misalnya, dari kakek-nenek ke orang tua kita, lalu dari orang tua kita ke diri kita sendiri. Hal ini disampaikan oleh Aakar Abyasa Fidzuno kepada Kompas.
Selain itu, pendiri sekaligus presiden direktur Jouska ini juga menambahkan faktor lainnya yang memicu munculnya generasi ini.
Saat masih kecil, kita terbiasa diberikan uang saku yang semakin lama semakin naik jumlahnya, seiring dengan bertambahnya umur kita.
Nah, kita akhirnya merasa terbiasa dengan pendapatan pasif yang didapatkan oleh orang tua, dan membuat kita menjadi orang yang money-oriented dan kesulitan mengatur keuangan.
Selain masalah tadi, perencana keuangan OneShildt, M. Andoko, juga mengungkapkan penyebab lainnya pada Bisnis.
Menurutnya, generasi yang lebih tua sering kali kurang bisa menyisihkan sebagian pemasukannya untuk tabungan pensiun.
Lebih dari itu, ia menyampaikan bahwa orang tua tidak memiliki informasi yang cukup mengenai cara mengelola keuangan.
Lain halnya dengan apa yang diungkapkan Prita Hapsari Ghozie pada Bisnis.
Perencana keuangan ZAP Finance ini berpendapat, sandwich generation lahir karena seseorang mendahulukan kebutuhan tersiernya daripada kebutuhan yang lebih penting.
Tak hanya itu, menurutnya, masalah ini juga muncul karena seseorang tidak memiliki asuransi kesehatan, sehingga membutuhkan bantuan keuangan dari orang lain apabila jatuh sakit.
Tantangan Psikologis
© Freepik
Dengan adanya tanggungan berlipat yang harus dihadapi sandwich generation, tentu ada berbagai konsekuensi yang harus dihadapi.
Salah satunya adalah munculnya stres yang khas karena memikul beban ganda ini.
Vera Itabiliana, seorang psikolog, menyampaikan pada Tempo bahwa sandwich generation berada pada usia rata-rata 30 hingga 50an.
Pada usia ini, seseorang membutuhkan suatu pencapaian untuk dikenang di hari tua dan dibagikan ke generasi selanjutnya.
Hal ini bisa menjadi beban tersendiri. Apabila ditambah dengan beban menanggung orang tua dan anak, banyaknya tanggung jawab ini akan memicu stres.
Ia menambahkan, untuk menghindari stres, sandwich generation bisa melakukan tiga hal, yaitu tetap realistis, mencari bantuan untuk membagi tanggung jawab, dan selalu meluangkan waktu untuk sendiri.
Selain itu, dilansir dari US News, ada tips lain yang disampaikan oleh Neda Gould, seorang psikolog klinis dari Johns Hopkins Medicine.
Gould mengungkapkan, sandwich generation juga rentan mengalami burnout karena terlalu fokus pada tanggung jawab, namun melupakan kebutuhan sendiri.
Untuk mengatasi hal ini, kamu bisa memulai hidup sehat, dimulai dengan menjaga pola makan, pola tidur, dan melakukan olahraga secara rutin.
Sebagai tambahan, dilansir dari Forbes, kamu juga bisa melakukan komunikasi dengan saudara kandung untuk mengurangi beban stres.
Sekadar memberi kabar secara rutin mengenai kesehatan orang tuamu, hingga meminta mereka untuk menelepon atau mengunjungi orang tua sesekali, dapat meringankan bebanmu.
Apabila memungkinkan, mintalah mereka membagi tanggung jawab merawat orang tua bersama denganmu.
Tantangan Keuangan
© Freepik
Telah diungkapkan bahwa sandwich generation tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk merawat, tetapi juga memikul tanggung jawab finansial orang tua dan anak.
Oleh karena itu, mengatur keuangan juga bisa menjadi salah satu tantangan bagi sandwich generation.
Rahne Putri, seorang blogger dan perencana keuangan, menyampaikan pada Kompas, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk memilih prioritas keuangan.
Ia mengungkapkan, pemilihan prioritas sebaiknya dilakukan bersama dengan pasangan. Pilih pos dana yang lebih penting, tunda pos dana yang belum terlalu mendesak.
Pilih-pilih antara, misalnya, dana untuk membeli rumah, kendaraan, pendidikan anak, atau dana lainnya.
Melansir The Balance Careers, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk merencanakan keuangan.
Hal pertama adalah membantu orang tua merencanakan dana pensiun dengan baik. Berbicara mengenai uang, terutama pada orang tua, memang bukan sesuatu yang mudah.
Akan tetapi, ada baiknya kamu memulainya. Ini bisa membantu bebanmu sebagai sandwich generation.
Selain memikirkan dana pensiun untuk orang tua, kamu juga sebaiknya memikirkan dana pensiun untuk dirimu sendiri. Jangan lupa menabung untuk dana lainnya juga, ya!
Bagi anak, kamu bisa mempertimbangkan tabungan pendidikan untuk memberi proteksi masa depannya. Selain itu, apabila memungkinkan, carilah beasiswa sebagai cara untuk menghemat uang lebih banyak.
Memutus Rantai Sandwich Generation
© Pexels
Istilah sandwich generation telah muncul sejak 1981, namun selalu ada yang menjadi bagian dari generasi ini dari tahun ke tahun.
Agar kelak anakmu tidak menjadi bagian dari sandwich generation, rantai ini perlu diputus.
Budi Raharjo, perencana keuangan Oneshildt, menyampaikan beberapa cara mencegah munculnya kembali sandwich generation pada Tirto.
Hal pertama yang paling mendasar adalah menjadi sadar finansial. Belajar investasi dan belajar mengelola uang serta manajemen risiko bisa menjadi kunci.
Selain itu, apabila kamu bagian dari generasi sandwich, daftarkan dirimu pada proteksi asuransi, baik asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa.
Ini akan menjaga keuanganmu apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Bhima Yudhistira Adhinegara, peneliti INDEF, menyampaikan pada Detik bahwa ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan.
Langkah yang bisa dilakukan adalah menyarankan dana pensiun dan asuransi untuk otang tua, melek keuangan dan investasi sejak muda, hingga mengurangi pengeluaran gaya hidup yang bisa menambah uang yang kamu miliki.
Selain itu, mencari pendapatan sampingan seperti bisnis rumahan, membuat konten, atau hal lainnya yang bisa dilakukan di luar jam kantor juga bisa menjadi solusi.
Nah, uraian di atas adalah penjelasan lengkap mengenai sandwich generation. Apabila kamu menjadi salah satunya, semoga kamu terbantu dengan berbagai informasi dan tips yang sudah diberikan Glints, ya.
Kalau kamu ingin mendapat lebih banyak lagi tips seputar pengembangan karier dan pekerjaan, kamu bisa mendapatkannya di Glints.
Daftar sekarang, ya!