Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantauan Muhammad Choirul Anam memprediksi jumlah korban tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, bisa terus bertambah.
Menurut Anam, tim medis hingga saat ini belum sepenuhnya mendata jumlah korban tewas usai insiden tersebut. Sebab, hingga dua hari usai kejadian situasinya masih belum dapat dikendalikan.
“Jadi jenazah ini angkanya pasti akan bertambah, dari 125 pasti akan bertambah terus karena memang situasinya saat itu ,” kata dia di kanal YouTube Komnas HAM dikutip pada Kamis (6/10).
Data resmi pemerintah dan polisi menyebut korban tewas dalam Tragedi Kanjuruhan mencapai 125 orang. Sementara, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang angkanya mencapai 131 korban.
Anam tak menyebut jumlah perkiraan korban tewas selain dua versi tersebut.
Menurut dia, kemungkinan korban tewas akan terus bertambah karena usai kejadian sejumlah korban tewas langsung dibawa keluarga dan tak sampai terdata.
“Di hari H mulai Sabtu sampai Minggu pagi itu memang sangat crowded sehingga angkanya akan bertambah karena beberapa belum dicatat atau langsung dibawa oleh anggota keluarganya,” katanya.
Di sisi lain, Anam mengaku telah bertemu kelompok suporter Aremania, dan para pemain Arema FC. Pihaknya juga sudah bertemu dengan beberapa keluarga korban.
Hasil kunjungan tersebut, sejumlah korban mengalami berbagai luka parah karena insiden tersebut seperti kaki dan rahang patah, dan beberapa luka berat lain.
“Termasuk kami juga bertemu dengan pemain Arema. Karena kami juga ingin tahu, potret dan suasana khususnya di menit-menit terakhir pasca peluit wasit ditiup,” katanya.
Tragedi Kanjuruhan bermula saat polisi menembakkan gas air mata ke arah penonton sepak bola usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya. Polisi menyatakan gas air mata itu ditembakkan karena sejumlah suporter Arema turun ke lapangan.
Gas air mata itu ditembakkan tidak hanya kepada para suporter di lapangan, tetapi penembakan juga diarahkan ke penonton di tribun sehingga membuat massa panik. Penonton pun berlarian dan berdesak-desakan menuju pintu keluar.
“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen,” kata Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afianta dikutip Antara, Minggu (2/10).
(thr/pmg)
[Gambas:Video CNN]
Artikel ini bersumber dari www.cnnindonesia.com.