media-nasional.com – Sebagai generasi yang identik dengan kemudahan teknologi dan sedang berada di masa-masa paling produktif, banyak sekali mitos yang ‘ditempelkan’ kepada generasi milenial.
Bahkan, banyak studi dan penelitian yang sudah mengkaji mengenai mitos ini.
Salah satunya adalah riset yang dilakukan oleh Zety, mengenai mitos milenial secara lebih umum.
Beberapa stereotip yang ditempelkan generasi ini adalah malas, tidak dapat hidup mandiri (dalam konteks memiliki rumah sendiri), dan tidak tertarik untuk menikah.
Nah, ingin tahu mitos lain yang ada dan juga fakta mengenai generasi milenial? Yuk, simak lebih lanjut!
4 Mitos dan Fakta Milenial
© Pexels.com
1. Sering berganti pekerjaan karena bosan
Survei yang dilakukan oleh IBM dengan judul “Myths, exaggerations and uncomfortable truths: The real story behind Millennials in the workplace” juga membahas mengenai stereotip ini.
Jika disandingkan dengan “Generasi X” dan “Baby Boomer”, alasan generasi ini sering berganti pekerjaan kurang lebih sama.
Sama dengan generasi sebelumnya, alasan milenial sering berganti pekerjaan adalah karena ingin mengejar aspirasi mereka. Baik itu dari segi karier, gaji, ataupun aspek lainnya.
Menurut survei dari IBM, mereka yang sering berganti pekerjaan biasanya memiliki alasan ekonomi yang cukup kuat.
Melihat situasi ekonomi yang ada sekarang, tidak heran jika mereka memilih jalan tersebut.
Jadi, jika dikatakan generasi ini terlalu seenaknya karena sering berganti pekerjaan, pada dasarnya hal ini hanyalah cara mereka beradaptasi dan bertahan.
2. Tidak dapat bekerja di kantor
Terdapat mitos bahwa generasi milenial tidak suka bekerja di perkantoran.
Stereotip ini biasanya disambungkan dengan kenyataan bahwa milenial lebih menyukai kantor dengan atmosfir yang menyenangkan, berkonsep terbuka, dan tidak seperti kantor pada umumnya yang terkesan ‘kaku’.
Mulai banyak perusahaan yang memilih kantor dengan konsep co-working space, agar kegiatan di kantor dapat terasa sedikit lebih santai dan menyenangkan bagi karyawannya.
Dilansir dari Forbes, apa yang sebenarnya diinginkan oleh generasi ini adalah sebuah ruang yang dapat mereka ‘klaim’ sebagai ruang pribadi.
Maksud dari pernyataan ini adalah mereka membutuhkan pilihan untuk memilih ruang pribadi. Baik itu dari phone booth ketika harus menelpon, kebebasan untuk mendekor meja kerja mereka, dan lain-lain.
3. Generasi lemah
Mitos atau stereotip yang paling sering ‘ditempelkan’ kepada milenial adalah generasi ini terdiri dari orang-orang yang lemah.
Lemah dalam artian di sini adalah terlalu sensitif, mudah terkena penyakit mental, atau bahkan banyak yang menganggap mereka ingin selalu dimanja.
Hasil dari riset yang dilakukan oleh Deloitte mengatakan sebaliknya. Diketahui bahwa milenial merupakan generasi yang paling rentan terhadap stres.
Pasalnya, generasi ini tumbuh melalui resesi ekonomi, konflik global, dan juga konflik politik.
Di Indonesia sendiri, milenial yang baru memasuki dunia kerja saja (usia 20-25) sudah melewati berbagai macam konflik di dalam negeri, terutama dari segi ekonomi.
Mulai dari menjalani masa kecil saat terjadi kerusuhan dan resesi ekonomi, sampai menjadi lebih sulit mencari kerja karena pandemi Corona.
Bicara mengenai sensitivitas dan penyakit mental, generasi ini pada dasarnya memang lebih ‘melek’ dibandingkan generasi sebelumnya.
Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi yang mempermudah pencarian informasi mengenai hal-hal seperti ini.
Hasilnya, penyebaran awareness juga lebih mudah untuk dilakukan.
4. Tidak dapat membeli rumah
Ini merupakan mitos mengenai milenial yang dalam kenyataannya memang benar.
Namun, perlu diketahui bahwa hal ini bukan dikarenakan mereka ingin terus-menerus tinggal di rumah orang tua.
Seperti yang sudah dijelaskan di poin sebelumnya, milenial merupakan generasi yang sudah melewati banyak pergolakan ekonomi.
Selain disebabkan oleh resesi ekonomi dan permasalahan lainnya, harga tanah dan properti yang terus-menerus naik tidak sebanding dengan gaji yang didapatkan.
Hal ini membuat membeli properti suatu hal yang sulit atau bahkan tidak mungkin untuk banyak orang.
Alhasil, banyak dari generasi milenial yang memutuskan untuk tinggal di apartemen.
Selain karena jauh lebih murah dibandingkan membeli tanah atau rumah, apartemen juga lebih cocok dengan gaya hidup mereka yang fast-paced dan cenderung urban sentris.
Nah, itu dia mitos milenial beserta fakta yang menyangsikan atau setidaknya meluruskan berbagai macam mitos tersebut.
Apakah kamu generasi milenial yang sedang mencari pekerjaan dan ingin meniti karier?
Jika iya, kamu bisa mencari berbagai macam pekerjaan yang sesuai dengan keinginanmu di Glints, lho.
Tunggu apalagi? Yuk, segera sign up!