Kanselir Austria menilai sistem suaka Uni Eropa sudah gagal membendung banyaknya imigran dari luar kawasan untuk masuk ke blok itu
JAKARTA, JITUNEWS.COM – Kanselir Austria Karl Nehammer pada hari Senin (3/10) menyatakan bahwa sistem penerimaan pencari suaka yang diterapkan oleh Uni Eropa telah mengalami kegagalan, setelah negaranya melihat rekor 56.000 permohonan suaka dari para pengungsi selama tahun 2022 ini.
Bersama dengan PM Hungaria Viktor Orban dan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, Nehammer mengusulkan pengetatan keamanan perbatasan.
“Austria saat ini sangat terbebani oleh migrasi ilegal. Kontribusi solidaritas yang kami buat di Eropa sangat tinggi, ”kata Nehammer pada pertemuan puncak dengan Orban dan Vucic di Budapest, dikutip surat kabar Kronen Zeitung Austria.
Cadangan Gas Berkurang Drastis, Inggris Bakal Alami Krisis Pasokan Listrik selama Musim Dingin
“Kebijakan suaka telah gagal. Masih belum ada perlindungan perbatasan eksternal Uni Eropa yang kuat, dan kenyataan masalah tersebut terus diabaikan,” tambah Sang Kanselir.
Di bawah program ‘Solidaritas Efektif’ Uni Eropa, negara-negara anggota yang lebih kaya didorong untuk menerima migran yang ditolak oleh negara-negara lainnya. Jika negara-negara kaya ini menolak, anggota Uni Eropa lainnya diminta untuk mengambil apa yang disebut Komisi Eropa sebagai “bagian yang adil” dari para migran.
Menurut data yang dihimpun oleh Kementerian Dalam Negeri Austria, sekitar 56.149 permohonan suaka sudah diajukan di Austria antara bulan Januari hingga Agustus tahun ini. Jumlah tersebut meningkat 195% atau hampir dua kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kementerian mencatat bahwa sebagian besar aplikasi dibuat oleh warga negara India, yang tidak memiliki kesempatan untuk benar-benar diberikan suaka karena kedatangan mereka dari negara yang aman.
Warga Pakistan, Maroko, dan Tunisia juga termasuk di antara mereka yang mengklaim suaka, dengan kemungkinan besar kasus mereka ditolak.
“Selama Uni Eropa tidak melakukan intervensi dengan langkah-langkah yang efisien, kami harus membantu diri kami sendiri. Oleh karena itu, Austria melakukan segala yang mungkin untuk melindungi dirinya sendiri, dan kami ingin mengambil tindakan lebih lanjut bersama dengan Serbia dan Hungaria. Karena jika perbatasan Serbia dan Hungaria dilindungi, perbatasan kita sendiri juga dilindungi,” tegasnya.
Pemerintah Austria sendiri telah menggunakan kekuatan militernya untuk memberlakukan kontrol perbatasan pada beberapa kesempatan sejak jutaan migran mulai membanjiri Eropa pada tahun 2015. Austria pada tahun lalu juga mengerahkan 400 tentara tambahan di perbatasannya dengan Hungaria.
Sementara itu, Viktor Orban telah mengambil sikap yang lebih keras, dengan membangun pagar dua lapis di sepanjang perbatasannya dengan Kroasia dan Serbia, serta memerintahkan dilakukannya pengusiran para migran yang dianggap tidak dapat diterima. Sedangkan pemerintah Serbia selama ini juga sudah menolak sebagian besar permohonan suaka.
Uni Eropa Bisa Alami Krisis Finansial jika Terus-terusan Bantu Ukraina
Artikel ini bersumber dari www.jitunews.com.