Selasa, 4 Oktober 2022 – 22:32 WIB

VIVA Life – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melaporkan Indonesia mengalami peningkatan dalam prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM). Dalam Riskesdas 2018, Kemenkes mencatat prevalensi penyakit kronis yang bertanggung jawab atas sebagian besar kematian akibat penyakit tidak menular.

Hipertensi misalnya, Kemenkes menyebut prevalensi hipertensi naik dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,1% pada tahun 2018, yang mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang per tahun. Scroll selanjutnya ya.

Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis dengan durasi yang panjang dan disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk faktor genetik, fisiologis, lingkungan dan perilaku yang berkontribusi terhadap Disability-Adjusted Life Years (DALYs), yakni jumlah tahun yang hilang karena kematian prematur dan jumlah tahun produktif yang hilang karena disabilitas dan kematian yang terjadi, tak terkecuali pada orang Indonesia.

Ilustrasi sedang mengecek kesehatan

Maka generasi muda saat ini dihadapi dengan segala bahaya kesehatan yang ada di sekitar, terutama risiko timbulnya penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian tertinggi masyarakat Indonesia. Secara global, Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Key Facts yang diterbitkan pada 16 September 2022 bahkan melaporkan 74 persen kematian secara global diakibatkan penyakit tidak menular.

Mengingat penyakit tidak menular berdampak pada berkurangnya masa dan kualitas hidup seseorang, Kemenkes bersama United Nations Children’s Fund (Unicef) mengajak remaja Indonesia khususnya di Aceh dan Bandung untuk mengatasi tantangan kesehatan di masa depan, termasuk faktor risiko penyakit tidak menular akibat kesehatan mental, bahaya merokok dan polusi udara yang berdampak pada perubahan iklim. 

“Remaja berhak untuk didengar dan berpartisipasi secara otentik dan bermakna dalam semua hal yang mempengaruhi mereka, termasuk kesehatan dan kesejahteraan. Peluang untuk partisipasi dan pengambilan keputusan membantu meningkatkan ketahanan remaja dan perkembangan yang sehat. Sayangnya, remaja belum terlibat secara bermakna dalam berbagai upaya pengendalian penyakit tidak menular,” ungkap Sojung Yoon, perwakilan dari Unicef Indonesia.

Artikel ini bersumber dari www.viva.co.id.