JawaPos.com – Di tengah usaha pengembangan pendidikan vokasi, keberadaan SMK di Jatim cukup vital. Hanya, sejauh ini masih banyak sekolah kejuruan yang sulit berkembang.

Sebab, sekolah-sekolah tersebut sulit mengakses bantuan program pengembangan dari pemerintah di luar bantuan operasional sekolah (BOS). Hal itu dipicu jumlah siswa di sekolah tersebut yang di bawah batas minimal.

Bahkan, tak sedikit SMK yang dinyatakan sangat minim siswa. Kondisi tersebut banyak terjadi di sekolah swasta. Karena itu, sejumlah solusi sedang dijajaki. Salah satunya, merger.

Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Swasta Jatim Kisyanto menyatakan, pihaknya sudah menyampaikan kondisi itu ke pimpinan Dispendik Jatim. ’’MKKS SMK swasta meminta adanya pembinaan. Terutama masa depan sekolah,’’ paparnya kepada Jawa Pos kemarin.

Dia memaparkan, pemerintah pusat sudah menentukan batasan sekolah-sekolah yang bisa memperoleh bantuan pengembangan. Sebagaimana revitalisasi gedung maupun perlengkapan. Syaratnya, jumlah peserta didik di sekolah tersebut minimal 215 siswa.

Bahkan, sekolah di bawah 45 siswa sudah tidak diakui dalam data dapodik (data pokok pendidikan). Artinya, sekolah itu dianggap tutup dan sudah tidak lagi mendapatkan bantuan rutin seperti BOS. ’’Jika kondisi ini terus berlangsung, bukan hanya sekolah yang rugi, melainkan juga siswa,” katanya.

Sementara itu, berdasar data MKKS SMK swasta Jatim, saat ini tercatat ada 1.852 SMK di Jatim. Di antara jumlah itu, 435 lembaga memiliki peserta didik di bawah 200 siswa. Sementara itu, 876 sekolah lainnya malah hanya memiliki kurang dari 100 siswa. Dengan demikian, sekolah-sekolah itu tidak bisa mendapatkan bantuan di luar BOS.

Bahkan, cukup banyak SMK swasta di Jatim yang siswanya sangat minim. Sebagaimana di Madiun. Sebanyak 22 SMK swasta hanya diisi total 480 siswa di tahun ajaran ini. Ada sekolah yang menerima siswa hanya dua sampai tiga orang.

Untuk itu, MKKS SMK swasta Jatim memberikan beberapa usulan ke dispendik. Pertama, melakukan pembinaan kepada sekolah-sekolah itu. Kedua, soal opsi merger. Terutama sekolah-sekolah yang dalam naungan satu yayasan. ’’Kami lebih setuju skema merger sekolah-sekolah ini daripada menutup,’’ paparnya.

Sementara itu, anggota Dewan Pendidikan Jatim Ali Yusa setuju mengenai usulan merger. Menurut dia, SMK minim murid akan berdampak pada kualitas pembelajarannya. ’’Basic SMK kan kejuruan. Artinya, banyak praktik pembelajaran,” tuturnya.

Jika laboratorium yang dipunyai minim, pasti pembelajaran tidak berjalan maksimal. ’’Langkah penyelamatan ini bisa dilakukan jika siswa digabung ke SMK yang masih sehat. Dengan fasilitas laboratorium dan ruang praktik lebih lengkap,’’ katanya.

KONDISI SMK DI JATIM

Jumlah SMK (negeri-swasta): 2.150 lembaga

SMK dengan jumlah peserta didik di bawah 100 siswa: 876 lembaga

SMK dengan jumlah peserta didik di bawah 200 siswa: 435 lembaga


Artikel ini bersumber dari www.jawapos.com.