Shell Siap Dukung Pemerintah Suplai Solar B30

media-nasional.com – Pemerintah terus mendorong produksi bahan bakar biodiesel di Indonesia. Shell pun siap mendukung regulasi (biodiesel) itu, bahkan segera mengaplikasikannya bila diwajibkan. Shell, mengaku mendapatkan sosialisi terkait penerapan solar campuran FAME (Fatty Acid Methyl Ester) 30 persen (B30).

“Tentunya pemerintah untuk menerapkan B30 itu memang ada sosialisasi kepada seluruh pemain migas. Jadi kami sudah dengar sosialisasinya,” ucap Ratna Anggraini, Fuel Marketing Manager Shell Indonesia kepada Oto.com di Jakarta, Rabu (26/06).

Bagi Shell, pengaplikasian solar campuran nabati 30 persen, sebenarnya bukan hal sulit. Namun, produsen bahan bakar yang bermarkas di Belanda itu, tak bisa langsung menerapkan. Ia harus menunggu hasil riset pemerintah, agar dapat mengetahui formulasi yang ditentukan, sehingga bisa menciptakan produk yang dijual nanti.

“Memang kalau bagaimana pencampuran B30 ya, tidak lepas dari peran pemerintah. Karena itu menyangkut spesifikasi bahan bakar. Pemerintah juga kan lagi melakukan riset mengenai B30. Nanti kalau sudah selesai, maka keluar spesifikasinya seperti apa. Pada dasarnya itu bukan hal yang tidak mungkin langsung diterapkan. Tapi kami harus sesuai aturan pemerintah,” terangnya.

Shell sebelumnya telah memasarkan produk biodiesel di 100 outlet yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Namun, kadar FAME-nya masih 20 persen atau disebut B20. Menariknya, solar yang dijual dengan nama Shell Diesel Bio, ditingkatkan lagi kualitasnya. Kandungan sulfur di dalamnya ditekan seminim mungkin. Sehingga bahan bakar yang dicampur minyak sawit itu lebih ramah terhadap mesin, sekaligus lingkungan. Mengingat material yang pasti terkandung dalam solar ini dapat menyebabkan kerusakan komponen dan menghasilkan gas buang yang berbahaya, bila jumlahnya terlampau tinggi.

“Justru Shell itu paling pertama menerapkan biodiesel dibanding pemain lain. Dari 2017, ketika pemerintah mengimbau, kami langsung siap dengan biodiesel. Sudah langsung mengaplikasikan dengan B20. Bahkan kami juga upgrade menjadi 10 ppm sejak 2017 itu. Artinya, sulfurnya sudah paling rendah,” jelasnya.

Dua minggu lalu, pemerintah menginisiasi uji jalan B30. Kegiatan itu menggandeng beberapa pabrikan otomotif yang melibatkan tiga unit truk dan delapan kendaraan penumpang. Masing-masing menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer. Tujuannya tak hanya menjadi riset untuk mengetahui dampak bahan bakar itu terhadap performa kendaraan. Tapi juga sarana publikasi kepada masyarakat. Rencananya penggunaan B30 mulai diwajibkan pada tahun depan. Dengan harapan, pemerintah dapat mengurangi ketergantungan impor, sekaligus menyediakan bahan bakar ramah lingkungan. (Hfd)